TUGAS
MATA KULIAH
TES DAN PENGUKURAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tes Dan
Pengukuran
Disusun
Oleh :
Nama :
Dede Syamsul Ma’arif
NIM :
111 204 112
Jurusan : PJKR 11 A
Dosen
: Dra. Ida Zubaida, M. Pd.
PENDIDIKAN
JASMANI KESEHATAN & REKREASI (PJKR)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SITUS
BANTEN
SERANG 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT. Karena
dengan rahmat dan karunia - Nyalah sehingga Penyusunan Makalah
ini telah dapat diselesaikan. karena kami telah
berhasil menyusun Makalah TES DAN PENGUKURAN ini. Yang
bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen STKIP SITUS BANTEN Mata Kuliah Tes
dan Pengukuran.
Makalah ini untuk memenuhi Tugas Statistika Tes dan Pengukuran. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Makalah ini untuk memenuhi Tugas Statistika Tes dan Pengukuran. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1.
Ibu
Dra. Ida Zubaida, M. Pd, selaku
Dosen Mata Kuliah Tes Dan Pengukuran yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan
makalah ini
2.
Rekan-rekan
semua di Kelas 11 A Semester 6
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan. Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Amin.
Serang, Juni 2014
Penyusun
BAB
I
TES
PENGUKURAN KONDISI FISIK
A. Tes
Pengukuran Kondisi Fisik
v Definisi
TES : alat atau instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan informasi/ data tentang individu/ obyek
PENGUKURAN : proses pengumpulan
informasi/ data yang dilakukan secara obyektif
EVALUASI : proses pemberian nilai/
harga dari data yang terkumpul
Evaluasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan
terus-menerus dari setiap program karena tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui
kapan, dimana dan bagaimana perubahan-perubahan akan dibuat.
v Kriteria
Tes
Kesahihan (validitas )
Alat untuk mengukur objek dengan tepat dan sesuai dengan
gejala yang diukurnya
Keterandalan ( reliabilitas )
Jika alat ukur itu mantap; ajeg artinya alat ukur tsb dalam
pengukuran yang berulangkali pada objek yang sama menghasilkan ukuran sama
Obyektivitas
Keobyekan menunjukkan kesamaan hasil yang diberikan oleh 2
orang/lebih pengetes terhadap obyek yang sama.
Ekonomis, sederhana, mempunyai
norma,
v TES
DAN PENGUKURAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK
Tes dan Pengukuran dapat menentukan
respon fisiologis atlit terhadap latihan , dan juga dapat :
Menemukan kelemahan dan menunjukan
keterbatasan, ketidakseimbangan atlit dalam melakukan pergerakan dasar.
Memprediksi gerakan yang tidak
sempurna/efesien.
Memberikan masukan untuk bahan
latihan dan membantu memprediksi potensi cedera.
Menentukan karakteristik bagi atlit
dalam melakukan penampilan yang terbaik.
Memberikan motivasi pada peserta
latihan, agar terus berlatih secara maksimal.
v TES
DAN PENGUKURAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK
Para pelatih kadang diminta
menggunakan metode-metode ilmah untuk menghasilkan informsi/data baru melalui
tes dan pengukuran.
Namun dalam praktek, pelatih yang
berhasil adalah pelatih yang menggunakan informasi/data itu untuk menyusun
rencana latihan dan melaksanakannya dalam praktek kepelatihannya.
Sudah barang tentu teknik tes dan
pengukuran harus disesuaikan dengan sport specific dan informasi/data yang
didapatkanya.
v DESAIN
TES KONDISI FISIK
Ada tiga bidang gerak utama dengan
sumbunya yang sesuai. Setiap bidang gerak memotong badan dan membaginya menjadi
ruas-ruas yang sama. Bidang gerak utama tersebut adalah :
Bidang Sagital : Membagi badan
menjadi ruas kiri dan ruas kanan.
Bidang Frontal : Membagi badan
menjadi badan menjadi bagian depan dan bagian belakang.
Bidang Transversal : Membagi badan
menjadi separuh bagian atas dan separuh bagian bawah.
v STRENGTH
Kekuatan adalah istilah generik yang
digunakan untuk menggambarkan banyak kemampuan berbeda. Contoh 'kekuatan'
adalah sebagai berikut:
Kekuatan Daya tahan - kemampuan
untuk memindahkan resistensi yang ringan salam periode waktu yang panjang
Kekuatan Dinamis Absolut - kekuatan
otot maksimum yang dapat menghasilkan dan berlaku untuk membuat gerakan
Kekuatan Statis Mutlak - kekuatan
otot maksimum yang dapat menghasilkan dan menerapkan tanpa menghasilkan
gerakan.
Reaktif Kekuatan - kekuatan otot
maksimum yang dapat diterapkan dalam merespon kekuatan dalam arah yang
berlawanan
Power - yang kebanyakan orang
bingung dengan 'kekuatan', namun sebenarnya adalah kekuatan dinamis absolut
dikali dengan kecepatan dapat diterapkan.
Jelas bahwa berbagai aktivitas /
olahraga membeutuhkan 'kekuatan', berbeda ‘ dan kekuatan' perlu
metode-metode pelatihan yang berbeda.
v TES
& EVALUASI STRENGTH
1) Core Muscle Strength and Stability
Test
2) Curl Up Test
3) Canadian Crunch Test
4) Sit Ups Test
5) Jumps Decathlon]
6) Leg Strength Test
7) Standing Long Jump Test
8) Sprint Bound Index Test
9) Sergeant Jump Test
10) Chin Up Test
11) Grip Strength Test
12) Medicine Ball Javelin Quadrathlon
13) Press-ups Test
14) Bench Press Test
15) Universal Bench Press Test
16) Metronome Bench Press Test
17) Overhead Press Test
18) Leg Press Test
19) Leg Curl Test
20) Dynamic Knee Extension Test
21) Biceps Curl Test
22) Squats Test
23) Handgrip Strength Test
24) Flexed Arm-Hang Test
25) Wall Squat Test
26) The McCloy Physical Fitness Test
27) The Quadrathlon
28) The Wilf Paish Rugby Football Tests
v DESAIN
TES KONDISI FISIK
Tes Kondisi Fisik ini mengarah pada aplikasi fungsional
gerak/fuctional movement dengan menggunakan komponen kekuatan, daya tahan,
kecepatan, ketangkasan dan tenaga secara simultan menjadi dominan. Namun tetap
belum mengkaji terhadap sport specificnya sendiri.
TEST
FISIK UNTUK OLAHRAGA MARTIAL ARTS
No.
|
Bagian
|
Bentuk Test
|
Keterangan
|
1
|
Upper body strength
|
Chin Ups
|
=>3 Reps
|
2
|
Torso and abdominal strength
endurance
|
Hover Circuit
|
2 min dan 1 min
|
3
|
Upper/Lower body strength
|
Crocodile Walk
|
10 m
|
In Lunge
|
10 m/30%xBW
|
||
4
|
Upper body power endurance
|
Crocodile Throw
|
10 m/Laki-laki
|
5
|
Lower body power
|
Standing long jump
|
=>2.5 m/Male
|
=>2 m/Female
|
|||
6
|
Speed Agility
|
3 x 2 m
|
=>3 Sc
|
7
|
Agility Endurance
|
Jumps Test 30 Sc
|
=>60 Reps
|
8
|
Flexibility
|
Sit & Reach
|
=> 10 Cm
|
9
|
Endurance
|
Lari 2 Km
|
=< 10 Menit
|
10
|
Lower Body Strength Endurance
|
Single Leg Squat
|
TEHNIS
PELAKSANAN BATERAI TES KONDISI FISIK
Proses
berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin
lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederahana ke yang
lebih kompleks (sistematis dan metodis) merupaka salah satu ciri dari sebuah
latihan. Dalam proses latihan tersebut pada seorang atlet tentunya dalam
pencapaian prestasi adanya sebuah beban latihan. sehingga diperlukannya beban
latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan,
sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat
bertahan relatif lebih lama. Pencapaian prestasi tersebut pada setiap atlet di
semua cabang olahraga tentu membutuhkan sebuah standar baku dalam pemeriksaan
kondisi fisik atlet. Sampai saat ini Alat ukur yang masih banyak dipergunakan
oleh para praktisi olahraga atau seorang pelatih adalah alat ukur dengan
menggunakan baterai test. Baterai test biasanya terdiri dari beberapa tes fisik
yang bertujuan untuk pengambilan data terhadap gambaran kondisi fisik atlet.
Yang memang harus kita kaji lebih dalam adalah, bahwa manusia akan selalu berhubungan dengan bahasa. Bahasa inilah yang kemudian sangat bertanggung jawab terhadap serangkaian jawaban yang pasti akan diperoleh dari setiap testee, pada saat mereka merespon setiap pertanyaan yang muncul dalam item demi item test yang diberikan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui baterai tes dengan melakukan 4 (empat) butir tes secara berurutan.
Berikut ini adalah petunjuk tehknis dalam pelaksanaan tes untuk atlet usia 15 tahun ke bawah dan atlet usia 16 tahun:
1.
Tes Kecepatan
a) Bentuk
tes : Lari 40 meter
b) Tujuan
: mengetahui kecepatan atlet
c) Alat
ukur : Stopwatch CASIO
d) Fasilitas
: Lintasan sepanjang lebih dari 40 meter
e) Norma
Pengukuran Norma Tes Lari Kecepatan 40 meter
Putri
|
Status
|
Putra
|
<
5,4 det
|
Sangat
baik
|
<
5,2 det
|
5,4
- 6,6 det
|
Baik
|
5,2
- 6,0 det
|
6,6
- 7,2 det
|
Cukup
|
6,0
- 6,4 det
|
7,2
- 9,0 det
|
Kurang
|
6,4
- 7,6 det
|
> 9,0
det
|
Kurang
sekali
|
>
7,6 det
|
f) Petunjuk
tehknis:
a. Membuat lintasan 40 meter dengan memberi tanda garis start dan garis finish.
b. Pelaksanaan:
1) Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.
2) Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3) Catat waktu yang ditempuh pada jarak 40 meter.
4) Dilakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.
c. Satuan pengukuran : Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik).
d. Hasil tes : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes.
a. Membuat lintasan 40 meter dengan memberi tanda garis start dan garis finish.
b. Pelaksanaan:
1) Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.
2) Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3) Catat waktu yang ditempuh pada jarak 40 meter.
4) Dilakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.
c. Satuan pengukuran : Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik).
d. Hasil tes : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes.
2.
Tes
Lemparan Depan (Shocken)
a) Bentuk
Tes : Lemparan depan (shocken)
b) Tujuan
: Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c) Alat
pengukur : Meteran TAJIMA
d) Fasilitas
: Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e) Satuan
pengukuran : Hasil diukur dalam meter.
f) Hasil
tes : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes.
g) Norma
Pengukuran Norma Tes Shocken Depan
Putri
|
Status
|
Putra
|
>
7,87 m >
|
Sangat
baik
|
9,08
m
|
7,87
– 6,42 m
|
Baik
|
9,08
– 7,48 m
|
6,42
– 5,68 m
|
Cukup
|
7,48
– 6,68 m
|
5,68
– 3,48 m
|
Kurang
|
6,68
– 4,27 m
|
<
3,48 m
|
Sangat
kurang
|
<
4,27 m
|
h) Tehknis
Pelaksanaan :
a. Atlet
berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang b lemparan,
peluru dipegang dengan dua tangan.
b. Peluru
dilontarkan kedepan atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan
pinggul Secara bersamaan.
c. Hasilnya
diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
d. Tes
ini dilakukan dua kali
3.
Tes
Standing Broard Jump
a) Bentuk
Tes : Lompat jauh tanpa awalan (Standing
Broard Jump)
b) Tujuan
: Untuk mengukur kemampuan power tungkai
c) Alat
pengukur : Meteran TAJIMA
d) Fasilitas
: Bak pasir
e) Satuan
pengukuran : Hasil diukur dalam meter.
f) Hasil
tes : Hasil tes adalah lompatan yang
terjauh dari dua tes.
g) Norma
Pengukuran Tes Standing Broard Jump
Putri
|
Status
|
Putra
|
>
2,10 m
|
Sangat
baik
|
>
2,25 m
|
2,10
– 1,90 m
|
Baik
|
2,25
– 2,14 m
|
1,90
– 1,80 m
|
Cukup
|
2,14
– 2,03 m
|
1,80
– 1,51 m
|
Kurang
|
2,03
– 1,70 m
|
<
1,51 m
|
Sangat
kurang
|
<
1,70 m
|
h) Teknis
Pe1aksanaan :
a. Atlet
berdiri ditepi bak pasir/dibelakang garis.
b. Melompat
dengan menumpu pada kedua kaki kedepan sejauh jauhnya, dan mendarat di bak
pasir.
c. Hasilnya
diukur dari tempat pendaratan yang terdekat dengan tumpuan ke tempat tumpuan.
d. Tes
ini dilakukan dua kali
4.
Tes Daya Tahan (800m)
a) Bentuk
tes : Lari 800 meter
b) Tujuan
: Untuk mengukur kemampuan daya tahan
c) Alat
pengukur : Stopwatch CASIO
d) Fasilitas
: Lintasan
e) Satuan
pengukuran: Menit dan detik (misalnya 3’ 40” berarti 3 menit 40 detik)
f) Norma
Pengukuran Norma Tes Daya Tahan
Putri
|
Status
|
Putra
|
<
2’ 35”
|
Sangat
baik
|
<
2’ 30”
|
2’
35” – 3’ 10”
|
Baik
|
2’
30” – 2’ 35”
|
3’
10” – 3’ 28”
|
Cukup
|
2’
35” – 3’ 0”
|
3’
28” – 4’ 33”
|
Kurang
|
3’
0” – 3’ 44”
|
>
4’ 33”
|
Sangat
kurang
|
>
3’ 44”
|
g) Pelaksanaan
:
a) Atlet
berdiri pada posisi start berdiri tepat dibelakang garis start.
b) Setelah
ada aba-aba “Ya” siswa/ siswi berlari dengan jarak 800 meter menuju garis
finis.
c) Catat
waktu yang ditempuh pada jarak 800 meter
5.
Sedangkan
item tes yang menggunakan kategori usia 16-19 tahun adalah terdiri dari 6
(enam) item tes yang juga dilaksanakan secara berurutan. Adapun baterei tesnya
adalah:
1. Tes Kecepatan
a. Alat ukur : Stopwatch CASIO
b. Fasilitas : Lintasan sepanjang lebih dari 60 meter Cara pengukuran
c. Satuan pengukuran: Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik)
d. Hasil tes : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes
e. Norma Pengukuran Norma tes kecepatan
1. Tes Kecepatan
a. Alat ukur : Stopwatch CASIO
b. Fasilitas : Lintasan sepanjang lebih dari 60 meter Cara pengukuran
c. Satuan pengukuran: Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik)
d. Hasil tes : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes
e. Norma Pengukuran Norma tes kecepatan
Putri
|
Status
|
Putra
|
<
7,54 det
|
Sangat
baik
|
<
6,44 det
|
7,54
– 8,13 det
|
Baik
|
6,44
– 7,31 det
|
8,13
– 8,43 det
|
Cukup
|
7,31
– 7,75 det
|
8,43
– 9,32 det
|
Kurang
|
7,75
– 9,06 det
|
>
9,32 det
|
Sangat
kurang
|
>
9,06 det
|
f. Pelaksanaan:
1) Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.
2) Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/ siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3) Catat waktu yang ditempuh pada jarak 60 meter.
4) Lakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.
2. Tes Lemparan Depan (Shocken)
a. Bentuk Tes : Lemparan depan (rhocken)
b. Tujuan : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c. Alat pengukur : Meteran TAJIMA
d. Fasilitas : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e. Satuan pengukuran: Hasil diukur dalam meter.
f. Hasil tes : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes
g. Norma Pengukuran Norma Tes Shocken Depan
Putri
|
Status
|
Putra
|
>
11,19 m
|
Sangat
baik
|
>
14,41 m
|
11,
19 – 9,44 m
|
Baik
|
1
1,91 – 14,41 m
|
9,44
– 8,56 m
|
Cukup
|
11,91
– 10,66 m
|
8,56
– 5,93 m
|
Kurang
|
10,66
– 6,91 m
|
<
5,93 m
|
Sangat
kurang
|
<
6,91 m
|
h. Pelaksanaan :
1) Atlet berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang lemparan, peluru dipegang dengan dua tangan.
2) Peluru dilontarkan kedepan atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan pinggul secara bersamaan.
3) Hasilnya diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
4) Tes ini dilakukan dua kali
3. Tes Lemparan Belakang (Shocken)
a. Bentuk Tes : Lemparan belakang (shock-en)
b. Tujuan : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c. Alat pengukur : Meteran TAJIMA
d. Fasilitas : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e. Satuan pengukuran : Hasil diukur dalam meter.
f. Hasil tes : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes
g. Norma Pengukuran Norma Tes Shocken Belakang
Putri
|
Status
|
Putra
|
>
11,49 m
|
Sangat
baik
|
>
14,32 m
|
10,
04 – 9,34 m
|
Baik
|
1
1,76 – 14,32 m
|
9,34
– 8,49 m
|
Cukup
|
11,76
– 10,49 m
|
8,49
– 5,94 m
|
Kurang
|
10,49
– 5,93 m
|
<
5,94 m
|
Sangat
kurang
|
<
5,93 m
|
h. Pelaksanaan :
1) Atlet berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang lemparan, peluru dipegang dengan dua tangan.
2) Peluru dilontarkan ke belakang atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan pinggul secara bersamaan.
3) Hasilnya diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
4) Tes ini dilakukan dua kali
4. Tes Standing Triple Jump (Kanan dan Kiri)
a. Bentuk Tes : Lompat 1 kaki kanan/kiri tanpa awalan (Standing Triple Jump)
b. Tujuan : Untuk mengukur kemampuan power tungkai
c. Alat pengukur : Meteran TAJIMA
d. Fasilitas : Lintasan
e. Satuan pengukuran : hasil diukur dalam meter
f. Hasil tes : hasil tes adalah lompatan yang terjauh dari dua tes.
g. Norma Pengukuran Norma Tes standing triple jump putra
Kiri
|
Satuan
|
Kanan
|
>9,34m
|
Sangat
baik
|
>9,40m
|
8,18
– 9,34m
|
Baik
|
8,23
– 9,40m
|
8,18
– 7,60m
|
Cukup
|
8,23
– 7,65m
|
7,60
– 5,87m
|
Kurang
|
7,65
– 5,90m
|
<5,87m
|
Sangat
kurang
|
<5,90m
|
Norma Pengukuran Tes
standing triple jump putri
Kiri
|
Satuan
|
Kanan
|
>8,05m
|
Sangat
baik
|
>8,09m
|
8,05
– 7,16m
|
Baik
|
8,09
– 7,18m
|
7,16
– 6,71m
|
Cukup
|
7,18
– 6,73m
|
6,71
– 5,37m
|
Kurang
|
6,73
– 5,36m
|
<5,37m
|
Sangat
kurang
|
<5,36m
|
h. Pelaksanaan :
1. Atlet berdiri di dibelakang garis
2. Melompat dengan satu kaki kanan/kiri dengan 3x Lompatan
3. Ukur dari tempat pendaratan yang terdekat dengan tumpuan ke tempat.
4. Tes ini dilakukan dua kali
5. Tes Daya Tahan (2400m)
a. Bentuk tes : lari 2400m
b. Tujuan : untuk mengukur kemampuan daya tahan
c. Alat pengukur : stopwatch CASIO
d. Fasilitas : lintasan
e. Satuan pengukuran : menit dan detik ( misalnya 9’ 10” berarti 9 menit 10 detik
f. Norma Pengukuran Norma Tes Daya Tahan
Putri
|
Status
|
Putra
|
<9’
10”
|
Sangat
baik
|
<6’28”
|
9’
10” – 10’ 42”
|
Baik
|
6’28”
– 8’42”
|
10’42”
– 11’ 31”
|
Cukup
|
8’42”
– 9’49”
|
11’
31” – 13’ 10”
|
Kurang
|
9’49”
– 13’10”
|
>13’
10”
|
Sangat
kurang
|
>13’10”
|
g. Pelaksanaan :
1. Atlet berdiri pada posisi start berdiri tepat dibelakang garis start
2. Setelah ada aba-aba “Ya” siswa/ siswiberlari dengan jarak 2400 meter menuju garis finish.
3. Catat waktu yang ditempuh pada jarak 2400 meter.
A.
PETUNJUK PELAKSANAAN
a) Dalam
pelaksanaan test dan pengukuran ditempuh dalam waktu selama 1 (satu) menit pada
setiap jenis atau bentuk test.
b) Dalam
pelaksanaan test dan pengukuran ditempuh dalam jarak dalam ukuran meter pada
setiap jenis atau bentuk test.
c) Jenis
atau bentuk test yang diselenggarakan dalam waktu 1 (satu) menit dan dengan
hasil berapa kali ulangan dalam melaksanakan bentuk ketrampilan dasar antara
lain :
“Pull Up, Push Up, Sit Up, Back Up, Squat Trush, Knee tuck Jump, Hand Stand Push Up, Passing Bawah dan Atas Bola Voli, Lay Up Per menit”.
“Pull Up, Push Up, Sit Up, Back Up, Squat Trush, Knee tuck Jump, Hand Stand Push Up, Passing Bawah dan Atas Bola Voli, Lay Up Per menit”.
d) Jenis
atau bentuk test yang diselenggarakan dengan menggunakan jarak tempuh dan
dengan hasil test adalah Waktu dalam menit atau detik antara lain :
“Test Lari 2,4 Km, Lari 50 m, Lari 100 meter, Lari 200 meter, Lari 400 meter, Lari 1500 meter, 3000 meter, Semo Agility, Menggiring bola kaki, Driblling bola basket”.
“Test Lari 2,4 Km, Lari 50 m, Lari 100 meter, Lari 200 meter, Lari 400 meter, Lari 1500 meter, 3000 meter, Semo Agility, Menggiring bola kaki, Driblling bola basket”.
e)
Jenis atau bentuk test yang
diselenggarakan dengan menggunakan jarak tempuh dan dengan hasil test adalah
jarak atau meter, dilaksanakan 2 kali ulangan antara lain :
”Tolak peluru, Lempar cakram, Lempar lembing, Loncat jauh, Lompat tinggi, Melempar bola ke sasaran”.
”Tolak peluru, Lempar cakram, Lempar lembing, Loncat jauh, Lompat tinggi, Melempar bola ke sasaran”.
B.
ASPEK-ASPEK PENILAIAN
PENJASKES
a) Permainan
dan Olahraga
”Sepak bola, bola voli, bola basket, lari 50 m, lari jarak menengah, lompat jauh, loncat tinggi, Tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram”.
”Sepak bola, bola voli, bola basket, lari 50 m, lari jarak menengah, lompat jauh, loncat tinggi, Tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram”.
b) Aktifitas
Pengembangan
”Komponen kebugaran jasmani, Latihan kekuatan, Kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan, daya tahan, kecepatan reaksi”.
”Komponen kebugaran jasmani, Latihan kekuatan, Kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan, daya tahan, kecepatan reaksi”.
c) Aktifitas
ritmik
”Senam irama dan senam simpai
”Senam irama dan senam simpai
d) Uji Diri atau Senam
”Senam dasar dan senam lantai
”Senam dasar dan senam lantai
e)
Olahraga
Pilihan
”Renang, Penjelajah di sekitar sekolah atau di luar sekolah, bulutangkis, Tenis meja
”Renang, Penjelajah di sekitar sekolah atau di luar sekolah, bulutangkis, Tenis meja
BAB
II
BASKETBALL SKILLS TEST GAME
And the true test is the most accountable and face
underwent a match. This is where the skill and ability of an athlete
tested. Nonetheless, both the players and the coaches find that very useful
skill test. This test is used as an evaluation of the level of skill that
has been owned and menentuka layout deficiencies athletes or motivation to
raise the morale of the players in practice. School environment, this kind
of test is useful so that the children can assess their own level of ability is
achieved.
Tests
Skills Basketball Game
1. the Shooting for 30 seconds
A player
holding the ball under the ring (the board) and shoot kesisi-side
cart. Here are assessed is the maximum score that can be achieved within a
period of 30 seconds
Value for
Shooting repeatedly (Value Secondary school children in America)
Age / Rating
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Age 14
years
|
10 +
|
7-9
|
4-6
|
1-3
|
Age 15
years
|
14 +
|
10-13
|
6-9
|
2-5
|
Age 16
Years
|
16 +
|
12-15
|
7-11
|
2-6
|
2. Speed Pass
the Ball kedinding
A player
stands at a distance of approximately 1.5 meters from the wall. Doing
operand kedinding and count the number
of operands that can be achieved kedinding for 30 seconds.
3. Tests
Transition
A player starts to stand with one foot in front. Then
he shifted his position to a similar position but the front foot is a foot into
the other side. Knees should be bent, shoulders forward. Legs should
not be crossed.Calculate the complete transition could be done for 30 seconds
along a distance of 6 meters.
4. Throwing
with the Right
Players stand at a distance of 7.5 meters from the
target and throw the ball ketarget six times. The target is a 0.6 meter
diameter circle
5. Zig-zag
test Dribble
Players are dribbling moves in and out, back to
point start and begin again. Calculate every obstacle that successfully
passed, including the start point. If it succeeded beyond all these
obstacles the player gets a point 8. Each player is given a time for 30 seconds
Picture Arena Practice Tests Dribble Zig - Zag
Value
Secondary School Children in America
Age / Rating
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Age 14
years
|
21 +
|
19-20
|
16 -18
|
14-15
|
Age 15
years
|
23 +
|
20-22
|
18-19
|
15-17
|
Age 16
Years
|
24 +
|
21-23
|
18-20
|
16-17
|
While
college students in English 18-19 Years
A
|
B
|
C
|
D
|
29 +
|
25-28
|
18 -24
|
10-17
|
adalah 50.
BAB III
KEMAMPUAN
MOTORIK
(MOTOR ABILITY)
1.
Kemampuan Motorik (Motor
Ability)
Pengertian Kemampuan
Motorik (Motor Ability)
A. Hanskin
(1971)
Kemampuan seseorang untukmenampilkan berbagai nomor
olahraga yang diajarkannya dan menandakan kemampuan keterampilan umum.
B. Clarke
(1971)
Membedakan antara general motor ability dg motor
ability
C. Singer
(1980)
Kemampuan motorik
diduga sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai berbagai kegiatan motorik
(termasuk olahraga)
Pleismen (1980) Membagi Kemampuan Motorik Menjadi 2:
Kemampuan
yang berhubungan dengan persepsi motorik (Perceptual Motor Abilities)
Kemampuan
yang berhubungan dengan penguasaan fisik (Physical Proficient Abilities)
2. Kemampuan-Kemampuan
Persepsi Motorik
a) Mengkoordinasikan
gerakan anggota tubuh secara bersamaan
b) Kontrol
yang tinggi dan ketepatan gerak
c) Memilih
respon dengan cepat
d) Bereaksi
dengan cepat terhadap stimulus
e) Kemampuan
melakukan gerakan yg cepat
f) Kemampuan
merubah kecepatan dan arah
g) Kemampuan
melakukan gerakan lengan dan tangan yg terampil dan terkendali
h) Kemampuan
memperagakan secara terampil dan terkontrol terutama yang melibatkan jari-jari
tangan
i) Kemampuan
memperagakan posisi lengan dan tangan yang tepat
j) Kemampuan
membidik suatu obyek yang kecil
k) Kemampuan
menggerakan pergelangan dan jari dengan cepat
3. Kemampuan-Kemampuan
Yang Berhubungan Dengan Fisik
a) Tenaga/daya
maksimum yang digunakan untuk obyek eksternal
b) Daya
tahan otot untuk kegiatan berulang-ulang
c) Kemampuan
untuk memobilisasi energi secara efektif untuk menggerakkan otot secara
maksimum
d) Kemampuan
melentukkan tubuh
e) Kemampuan
mengkoordinasikan tubuh dalam keadaan bergerak
f) Kapasitas
untuk usaha maksimal yang memerlukan daya tahan cardiovascular
4.
Kemampuan Motorik (Philips Dan Hornak,
1979)
a.
Kecepatan (speed)
Kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan yang sejenis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
b.
Daya ledak (explosif power)
kemampuan sekelompok otot untuk
menghasilkan kerja fisik secara eksplosif (memer-lukan daya ledak/mendadak)
c.
Kelincahan (agility)
Kemampuan
seseorang merubah arah dalam keadaan bergerak
d.
Kekuatan (strength)
Kemampuan seseorang untuk mengembangkan
ketegangan otot dalam berkontraksi yang maksimal
e.
Daya tahan (endurance)
Kemampuan seseorang untuk melaksanakan
suatu kerja otot secara terus menerus dalam waktu yang lama.
f.
Kelentukan (flexibility)
Kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan pada persendian dengan seluas-luasnya.
5. Pengembangan
Penelitian
a) Membandingkan
prestasi keterampilan tertentu, kelompok kemampuan motorik tinggi dan rendah
setelah dilatih keterampilan yang sama.
b) Mencari
unsur-unsur kemampuan motorik dominan, yang dapat digunakan untuk meprediksi
keberhasilan dalam latihan olahraga ttt.
c) Daya
prediksi unsur-unsur keterampilan motorik X, Y, Z dsb thd prestasi olahraga
ttt.
6. Tes Kemampuan Dasar Anak Pra-Sekolah (0-6
Tahun)
Anak usia prasekolah merupakan masa
peka terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia ini
perkembangan intelektual telah terbentuk di atas 50%. Jika orangtua gagal
memberikan stimulasi secara baik di usia ini, maka perkembangan anak
selanjutnya berpotensi mengalami problema dalam belajar.
Pada tahap usia 0-6 tahun, anak
berada pada tahap sensori-motorik dan pra-operasional. Pada tahap awal
sensori-motorik, anak (bayi) telah mulai berkomunikasi dengan lingkungan lewat
eksplorasi sensori-motorik yang melibatkan seluruh indera dan gerak. Misalnya:
memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Pada masa berikutnya pra-operasionalnya
meskipun pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan
aktivitas fisik, namun kemampuan abstraksinya mulai tumbuh sehingga
memungkinkan ia untuk berpikir simbolik, sekalipun bersifat egosentris. Ia
belum memiliki pemahaman yang cukup tentang lingkungan di luar dirinya. Ada
beberapa tes untuk anak usia prasekolah:
1) Tes Kemampuan Transformasi
Kemampuan transformasi atau
perubahan bentuk dapat dikenalkan pada anak prasekolah lewat eksperimen
sederhana.
Contoh kegiatan: meniup balon,
menuang air ke alam gelas yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai
bentuk.
2) Tes Kemampuan Reversibility
Yaitu tes kemampuan cara berpikir alternatif atau
bolak-balik.
Contoh
kegiatannya: mengurutkan angka dari kecil ke yang besar kemudian kembali dari
angka yang besar ke yang lebih kecil.
3) Tes Kemampuan Klasifikasi
Yaitu kemampuan anak dalam mengklasifikasikan benda-benda.
Contoh kegiatannya: mengklasifikasikan warna, bentuk, dan
bahan dasar.
4) Tes Kemampuan hubungan asimetris
Contoh kegiatannya: menyusun balok secara urut dari yang
besar sampai ke yang kecil.
7. Hal Yang Perlu Diperhatikan Terkait Dengan
Identifikasi Abbs Di Sekolah Dasar (Sd)
Untuk menemukenali anak apakah
mengalami kesulitan belajar atau tidak, maka guru perlu melakukan pengamatan,
penilaian, pencatatan dan pendokumentasian secara cermat atas gejala-gejala
yang nampak pada setiap diri anak. Proses pengamatan, penilaian, pencatatan,
dan pendokumentasian ini dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk
mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang masalah yang dihadapi oleh anak.
Mungkin masalah yang dihadapi anak
cukup serius, sehingga tingkat kontribusinya terhadap gangguan belajar sangat
tinggi, tetapi mungkin ada juga yang ringan sehingga tidak terlalu menganggu
proses dan hasil belajar anak. Pentingnya identifikasi ini diakui karena
sebagai sangat vital karena jika guru membiarkan saja
masalah-masalah belajar yang dihadapi anak, maka peluang kegagalan dalam
pendidikan bagi anak yang bersangkutan menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu
informasi mengenai identifikasi ini perlu dicermati bagi setiap guru yang
menginginkan anak didiknya dapat belajar dengan lancar dan mencapai hasil yang
optimal.
Secara sederhana ada beberapa aspek
informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi oleh
sekolah dalam rangka menanggulangi masalah kesulitan belajar. Ada beberapa
contoh alat identifikasi untuk membantu guru dan orangtua dalam menemukenali
anak yang berkesulitan belajar, yaitu:
1.
Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak
adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga
tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD. Informasi ini penting sebab dengan
mengetahui latar belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan
sumber penyebab problema belajar.
Informasi mengenai perkembangan anak
sangat penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran
yang akan diberikan kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup
identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita,
perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
meliputi perkembangan masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam
kandungan, proses kelahiran, tempat kelahiran, penoloong persalinan, gangguan
pada saat proses kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan
tanda-tanda kelainan pada bayi.
Perkembangan masa balita
sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai lama menyusu ibu, usia akhir
minum susu kaleng, kegiatan imunisasi, penimbangan, kualitas dan kuantitas
makanan pada masa balita, kesulitan makan yang dialami dsb.
Perrkembangan fisik diperlukan
terutama data mengenai kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan,
naik sepeda, berbicara lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi,
dan riwayat kesehatan.
Perkembangan sosial terutama
berkaitan dengan hubungan dengan saudara, hubungan dengan teman, hubungan
dengan orangtua dan guru, hobi anak, minat khusus. Perkembangan pendidikan
meliputi informasi kapan masuk TK, berapa lama pendidikan di TK, kapan masuk
SD, apa kesulitan selama di TK, apa kesulitan selama di Sd, apakah pernah
tinggal kelas, pelayanan khusus yang pernah diberikan, prestasi belajar, mata
pelajaran yang dirasa sulit dan mata pelajaran yang disenangi.
2.
Informasi data orangtua/wali
Sealin data mengenai anak, tidak
kalah pentingnya adalah informasi mengenai keadaan orangtua/wali siswa yang
bersangkutan. Data orangtua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi
mengenai identitas orangtua, hubungan orangtua dengan anak, data sosial ekonomi
orangtua, serta tanggungan dan tanggapan orangtua terhadap anak. Identitas
orangtua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas
ibu.
Hubungan orangtua-anak menggambarkan
sejauh mana intensitas komunikasi antara orangtua dan anak. Misalnya apakah
kedua orangtua satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh
salah satu orangtua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut
mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar anak.
Mengenai data sosial ekonomi
diperlukan agar sekolah dapat memperhitungkan kemampuan orangtua dalam
pendidikan anaknya. Data sosial ekonomi dapat mencakup informasi mengenai
jabatan formal maupun non formal ayah dan ibu, serta besarnya penghasilan
rata-rata perbulan.
Sedangkan mengennaitanggapan
orangtua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orangtua yang perlu
diungkapkan antara lain persepsi orangtua terhadap anak, kesulitan yang
dirasakan orangtua terhadap anak yang bersangkutan, harapan orangtua dan
bantuan yang diharapkan orangtua untuk anak yang bersangkutan.
3.
Informasi profil (gambaran secara
umum) anak berkesulitan belajar
Informasi mengenai gangguan/kelainan
anak sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak
yang prestasi belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta.
Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa perlu diketahui guru.
Kadang adanya kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak
langsung, dapat menjadi satu faktor timbulnya masalah belajar. Tentu saja hal
ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap
penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.
Dalam
proses identifikasi di SD hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu:
a) Petugas identifikasi
Ada beberapa pihak yang terkait dan
berkepentingan dalam identifikasi anak berkesulitan belajar yaitu guru,
orangtua anak dan tenaga profesional lain (psikolog, dokter anak, neurolog,
terapist, ortopedagog, dsb.
b) Pelaksanaan identifikasi
Kegiatan identifikasi anak berkesulitan
belajar seyogyanya dapat dilakukan secara sistematis, terencana/terprogram,
terpadu dan profesional. Artinya, semaksimal mungkin mengikuti prinsip-prinsip
metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Meskipun demikian
bukan berarti harus ketat sehingga justru menyulitkan guru.
Prosedur dalam pelaksanaan
identifikasi yaitu:
1) Kegiatan menghimpun data tentang
anak
2) Kegiatan menganalisis data/melakukan
klasifikasi anak
3) Mengadakan pertemuan konsultasi
dengan kepala sekolah
4) Menyelenggarakan pertemuan kasus
5) Menyusun laporan hasil pertemuan
kasus
Tindak lanjut kegiatan identifikasi
a. Perencanaan pembelajaran dan
pengorganisasian siswa Mencakup:
v Menetapkan bidang-bidang atau aspek
masalah belajar yang akan ditangani.
v Menetapkan pendekatan pembelajaran
yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian siswa, apakah bentuknya
berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar
kelas, pendekatan kooperatif atau kompetitif, dll.
v Menyusun program pembelajaran
individual.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan
program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkesulitan belajar sesuai
dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sudah
tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan
anak tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru.
Program bersifat fleksibel.
c. Pemantauan kemajuan belajar/evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru
dalam membantu mengatasi berkesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan
secara terus menerus terhadap kemajuan dan/ bahkan kemunduran belajar anak.
Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu
dimantapkan, tetapi jika mengalami kemunduran perlu diadakan peninjauan
kembali.
8. Jenis- jenis Tes Motor Ability yaitu:
a)
Carpenter
Motor Ability Tes
Tujuan :
Mengukur kemampuan gerak secara umum
siswa- siswa : sekolah dasar.
Kelas :
1,2,dan3
Jenis
Kelamin :
Laki- laki dan Perempuan
Perlengkapan/
alat :
Matras, pita, pengukur, peluru yang beratnya 4 ibs dan formulir tes.
Butir-
butir tes : Stending Bord Jump, Shot-put,
Berat badan
Administrasi
Tes:
a)
Standing Broad jump
Tujuan :
Mengukur komponen power otot tungkai.
Alat/
fasilitas : pita ukuran, bak pasir/ matras, bendera juri
Pelaksanaan : Orang
coba berdiri pada papan tolak dengan lutu ditekuk sampai membentuk sudut + 45º
kedua lengan lurus kebelakang kemudian orang coba menolak kedepan dengan kedua
kaki. Orang coba diberi kesempatan 3 kali percobaan.
Skor: Jarak lompatan
terbaik yang diukur mulai dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/ badan
yang terdekat dengan papan tolak dari 3 kali percobaan.
b)
Shot-Put
Tujuan : Mengukur power
lengan
Pelaksanaan : Subjek berdiri dalam
lingkungan tolak peluru sambil memegang peluru yang beratnya 4 pound yang
diletakkan dekat leher dan bahu kemudian bergerak kedepan dengan hop dan segera
menolak peluru tersebutkedepan sejauh mungkin. Kecondongan badan pada saat akan
menolak peluru membentuk sudut + 45 derajat. Peluru tesebut
tidak dilempar melainkan ditolak dan step tidak boleh keluar dari lingkungan.
Subjek diberikan kesempatan 3 kali percobaan.
Skor : Di
ambil jarak yang terjauh dengan timbangan ketiga tolakan tersebut dan diukur
sampai mendekati satu kaki.
c)
Berat Badan
Subjek berat badanya diukur dengan
timbangan berat dicatat sampai mendekati satu pound. Cara menentukan skor
secara keseluruhan dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
a) Untuk anak laki- laki
Skor keseluruhan = standing broad
jump + 2,5 (shot- put) + 0,5 (berat badan).
b) Untuk anak perempuan
Skor
keseluruhan = hasil standing broad jump + 1,5 (shot- put) + 0,05 (berat badan)
Norma – norma berdasarkan pada
persamaan di atas tersebut tidak tersedia. Tetapi, Indeks Efisiensi Fisik
diperoleh dengan menggunakan soal tes yang sama dengan persamaan sebagai
berikut:
Anak laki–laki : 0,1 Broad Jump + 2,5 shot
put-berat badan
Anak perempuan : 0,5 Broad Jump + 3 shot put-berat badan
Anak perempuan : 0,5 Broad Jump + 3 shot put-berat badan
b)
Barrow
motor ability
Tujuan :
membuat klasifikasi, bimbingan, dan penentuan prestasi
Level :
mahasiswa pria, siswa pria sekolah menengah atas,
dan siswa pria sekolah menengah
pertama.
Perlengkapan/
alat : matras, pita pengukur, bola soft ball, stop watch,
bola
basket dan tongkat
Butir
tes :
Standing borad jump, soft ball throw, zig zag run,
wall pass, medicine
ball put, 60 yard dash
Administrasi tes :
a)
Standing Broad Jump
Tujuan :
mengukur komponen power otot tungkai.
Alat/
fasilitas : pita ukuran, bak pasir/ matras, bendera juri.
Pelaksanaan :
orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutut ditekuk sampai membentuk sudut
45 º kedua lengan lurus kebelakang kemudian orang coba menolak kedepan dengan
kedua kaki. Orang coba diberi kesempatan 3 kali percobaan.
Skor : Jarak
lompatan terbaik yang diukur mulai dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/
badan yang terdekat dengan papan tolak dari 3 kali percobaan.
b)
Soft Ball Throw
Tujuan :
mengukur power lengan
Alat/
fasilitas : bola soft ball, pita pengukur
Pelaksanaan : subjek
melempar bola soft ball sejauh mungkin di belakang garis batas. Subjek diberi kesempatan 3 kali
lemparan.
Skor : jarak
lemparan terjauh dari ketiga lemparan, dan dicatat sampai mendekati feet.
c)
Zigzag run
Tujuan
: untuk mengukur kelicahan gerak.
Peralatan
yang diperlukan adalah : diagram, tonggak pemancang dan stopwatch.
Prosedur pelaksanaan : testee berdiri dibelakang
garis start, setelah ada aba – aba’’ya’’,
Ia Lari secepat mungkin mengikkuti arah
panah dalam diagram lapangan sampai, melewati garis finish. Testee diberi
kesempatan melakukan tes tiga kali dan dinyatakan gagal apabila pada saat
berlari, menjatuhkan tongkat pancang atau tidaka sesuai dengan arah diagram
lapangan.
Pencatatan score : waktu tempuh yang
terbaik dari tiga kali kesempatan dicatat sampai 1/10 detik.
Diagram
lapangan:
10feet
16
feet
d)
Wall pass
Tujuan
: untuk mengukur koordinasi mata dan tangan.
Perlatan
: dinding rata, bola basket dan stopwatch.
Prosedur pelaksanaan : testee
berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola dengan kedua tangan didepan
dada. Setelah ada aba – aba ‘’ ya ‘’, ia segera melakukan gerakan lempar
tangkap bola kedinding selama 15 detik.
Pencatatan score : jumlah gerakan
lempar – tangkap bola yang berhasil dilakukan selama 15 detik dicatat sebagai
score akhir.
Diagram lapangan tes :
Dinding
Rata
19
feet garis batas
X
(subjek)
e)
Medicine Ball- Put
Tujuan :
mengukur power otot lengan.
Alat/
pelaksanaan : bola medicine
Pelaksanaan :
subjek berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola didepan dadadengan
posisi badan condong 45 drajat. Kemudian bola didorong kedepan secepat dan
sekuat mungkin sebanyak tiga kali lemparan masing- masing selama 15 detik.
Skor :
jumlah bola yang menyentuh atau memantul kedin-ding selama 15 detik.
f)
Lari 60 Yard Dash
Tujuan :
mengukur kecepatan
Alat/
fasilitas :
stop watch, lintasan yang berjarak 80 yard.
Pelaksanaan :
subjek lari secepat mungkin dengan menempuh jarak 60
yard subjek diberi kesempatan melakukan tes uji
hanya
satu kali.
Skor :
waktu dari mulai aba- aba ya sampai subjek tersebut
melewati
garis finish waktu dicatat sampai 1/ 10 detik
Cara men- skor keseluruhan (batre)
digunakan rumus (General Motor Ability Scoring) yaitu:
Rumus :
Skor Keseluruhan = 2 (standing broad
jump) + 1,6 (soft G.M.A.S ) ball throw) + 1,6 (zig- zag ran) + 1,3 (wall pas) +
1,2 (medicine ball put) + 60 yard dash
System
melakukan tes General Motor Ability di sesuaikan dengan panduan tes yang ada
setelah itu masukkan semua hasil tes ke rumus yang ada dan akan mendapatkan
hasil kemampuan gerak umum anda. Tujuan untuk melakukan tes gerak
umum adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan gerak umum yang anda
miliki setelah di rata- ratakan.
Test Motor Ability untuk Sekolah
Dasar
Tes
ini digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar bagi siswa sekolah dasar
yang mempunyai reabilitas sebesar 0,93 dan validitas sebesar 0,87. Reliabilitas
diperoleh dengan cara tes ulang, sedangkan validitas diperoleh dengan cara
mengkorelasikan tes tersebut dengan kriteria yang digunakan yaitu gabungan dari
butir tes tersebut. Tes ini terdiri dari 4 butir tes yaitu:
a)
Tes shuttle run 4x 10 meter
Tujuan : mengukur
kelincahan dalam bergerak merubah arah
Alat : stopwatch,
lintasan yg lurus, dan datar dengan jarak 10 m antara garis start dan garis finish
Pelaksanaan : start
dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba ‘bersedia’ orang coba atau berdiri
dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dengan garis start.
b)
Tes lempar tangkap bola jarak 1
meter ke tembok
Tujuan : mengukur
kemampuan koordinasi mata dan tangan
Alat : bola
tenis, stopwatch dan tembok yang rata
Pelaksanaan :
subjek berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua
tangan di depan dada. Aba-aba ‘ya’ subjek dengansegera melakukanlempar tangkap
ke dinding selama 30 detik
Skor : dihitung
jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan selama 30 detik
c)
Tes stork stand positional balance
Tujuan : mengukur
keseimbangan tubuh
Alat : stopwatch
Pelaksanaan : subjek
berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua bertolak pinggang, kedua mata terpejam,
lalu letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap
tersebut selama mungkin
Skor : dihitung
waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan
kaki kiri dari tempat semula.
d)
Tes lari cepat 30 meter
Tujuan : mengukur
kecepatan lari
Alat : stopwatch,
lintasan lurus, dan rata sejauh 30 meter, bendera
Pelaksanaan : start
dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba ‘bersedia’ subjek berdiri dengan salah
satu ujung jari kakinya sedekat mungkin dengan garis start. Aba-aba ‘siap’
subjek siap untuk lari menuju garis finish dengan jarak 30 meter, sampai
melewati garis finish.
Skor : dihitung
waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30 meter
KEMAMPUAN
MOTORIK
(MOTOR EDUCABILITY)
Motor
educability adalah suatu istilah yang cukup popular di kalangan guru-guru
olahraga, karena berkenaan langsung dengan pengungkapan cepat lambatnya
seseorang menguasai suatu keterampilan baru secara cermat. Dengan kata lain,
”motor educability diartikan sebagai kemampuan umum untuk mempelajari tugas
secara cepat dan cermat” (Cratty dalam Lutan, 2005:116). Konsep tersebut dapat
dianalogikan dengan konsep psikologi, yakni intelegensi sehingga sering disebut
dengan istilah motor intelegensi.
Motor educability berasal dari bahasa Inggris yang menurut uraian Pino dan Wittermans (dalam Syarifuddin, 1996:16), ”motor artinya bergerak, educatic artinya pengetahuan, dan ability artinya kemampuan.” Rangkaian kedua kata menimbulkan istilah motor educability yang memberikan pengertian kemampuan umum bagi seseorang dalam menguasai atau menerima gerakan baru.
Dengan susah payah seseorang mempelajari aktivitas-aktivitas yang baru dikenalnya.” Untuk itu, tes kemampuan motor educability merupakan tes intelegensi karena berfungsi dalam mengingat, berpikir, menganalisis, sekaligus memperagakan gerakan-gerakan yang dimaksud. Fleishman (dalam Syarifuddin,1996:172) mengatakan, ”kecakapan individu dalam mempelajari keterampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan oleh suatu keterampilan.”
Sekalipun motor educability merupakan kemampuan dasar, akan berkembang lebih baik apabila didukung oleh kondisi fisik yang baik melalui latihan atau berolahraga. Setiap keterampilan bersifat khusus, yaitu dengan (force) otot yang digunakan serta kekhususan sudut persendian (fleksibility).”
Pertumbuhan yang baik serta usia anak akan memengaruhi kemampuan bergerak, berpikir, dan belajar termasuk kecakapan dasar atau intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu sehingga dalam memperoleh kemampuan motor educability tidak harus melalui proses latihan sebagaimana kesegaran jasmani. Scanidt (dalam Lutan, 1988:76) mengatakan,”Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta medukung terbentuknya keterampilan.” Walaupun demikian, latihan (beroahraga) akan menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan secara totalitas, baik aspek fisik maupun psikis.
Kemampuan dasar atau intelegensi berperan dalam mengingat, berpikir, dan menganalisis serta merupakan faktor bawaan (heredity). Sehubungan dengan itu, yang menjadi faktor internal yang mendukung terbentuknya kemampuan motor educability sebagaimana yang dikemukakan oleh Lutan (1988:115);
Kemampuan intelegensi yan dipahami sebagai kemampuan dasar dan sangat ditentukan oleh faktor heredity kemudian ditunjang oleh faktor gisi sejak usia dalam kandungan hingga berusia tiga tahun. Tentang bagaimana perkembangan kecakapan dan phisikologis secara umum. Maka faktor lingkungan serta pengetahuan dan wawasan dari orang yang disekitarnya dan dari dalam orang itu sendiri akan sangat banyak mendukung.
Motor educability berasal dari bahasa Inggris yang menurut uraian Pino dan Wittermans (dalam Syarifuddin, 1996:16), ”motor artinya bergerak, educatic artinya pengetahuan, dan ability artinya kemampuan.” Rangkaian kedua kata menimbulkan istilah motor educability yang memberikan pengertian kemampuan umum bagi seseorang dalam menguasai atau menerima gerakan baru.
Dengan susah payah seseorang mempelajari aktivitas-aktivitas yang baru dikenalnya.” Untuk itu, tes kemampuan motor educability merupakan tes intelegensi karena berfungsi dalam mengingat, berpikir, menganalisis, sekaligus memperagakan gerakan-gerakan yang dimaksud. Fleishman (dalam Syarifuddin,1996:172) mengatakan, ”kecakapan individu dalam mempelajari keterampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan oleh suatu keterampilan.”
Sekalipun motor educability merupakan kemampuan dasar, akan berkembang lebih baik apabila didukung oleh kondisi fisik yang baik melalui latihan atau berolahraga. Setiap keterampilan bersifat khusus, yaitu dengan (force) otot yang digunakan serta kekhususan sudut persendian (fleksibility).”
Pertumbuhan yang baik serta usia anak akan memengaruhi kemampuan bergerak, berpikir, dan belajar termasuk kecakapan dasar atau intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu sehingga dalam memperoleh kemampuan motor educability tidak harus melalui proses latihan sebagaimana kesegaran jasmani. Scanidt (dalam Lutan, 1988:76) mengatakan,”Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta medukung terbentuknya keterampilan.” Walaupun demikian, latihan (beroahraga) akan menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan secara totalitas, baik aspek fisik maupun psikis.
Kemampuan dasar atau intelegensi berperan dalam mengingat, berpikir, dan menganalisis serta merupakan faktor bawaan (heredity). Sehubungan dengan itu, yang menjadi faktor internal yang mendukung terbentuknya kemampuan motor educability sebagaimana yang dikemukakan oleh Lutan (1988:115);
Kemampuan intelegensi yan dipahami sebagai kemampuan dasar dan sangat ditentukan oleh faktor heredity kemudian ditunjang oleh faktor gisi sejak usia dalam kandungan hingga berusia tiga tahun. Tentang bagaimana perkembangan kecakapan dan phisikologis secara umum. Maka faktor lingkungan serta pengetahuan dan wawasan dari orang yang disekitarnya dan dari dalam orang itu sendiri akan sangat banyak mendukung.
Seorang siswi akan memiliki kemampuan motor educability yang baik apabila aktif melakukan latihan (berolahraga). Dia mampu pula mempelajari secara cepat dan cermat serta kecakapan dasar yang memberi kontribusi kepada keterampilan motorik. Keterampilan motorik membutuhan komponen sebagaimana yang terdapat dalam komponen kesegaran jasmani, yaitu kecepatan, kekuatan otot, kelentukan, daya ledak, keseimbangan, kelincahan, kecepatan reaksi, dan koordinasi gerak.
Kemampuan motor educability siswi perlu diketahui oleh setiap guru pendidikan jasmani karena saat beraktivitas di lapangan, kondisi fisik dan psikologis akan berinteraksi sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan dan berisiko terjadi cidera. Sesuatu yang tidak diinginkan namun merupakan tanggung jawab guru pendidikan jasmani untuk menghindari dan meminimalis risiko yang akan terjadi.
Dengan mengetahui kemampuan motor educability siswi maka guru pendidikan jasmani akan melakukan penyesuaian kembali pengalaman belajar yang cocok bagi siswinya berdasarkan prinsip paedagogis, dan tujuan yang dicapai. Selain itu, guru pendidikan jasmani mempunyai pengetahuan tentang keadaan siswi sampai kepada isi pelajaran dan kelangsungan proses belajar itu sendiri. Hasil analisis yang dilakukan Lewis (dalam Lutan, 1988:393) mengatakan, ”Komunikasi terdiri dari proses, yaitu seseorang berusaha mengurangi sekecil mungkin faktor ketidakpastian atau ketidakjelasan yang terkandung dalam isi pesan.” Artinya, faktor persepsi, kecermatan dari pihak penyampai (guru) dan penerima pesan (siswi) serta interaksi timbal balik merupakan unsur yang penting dalam komunikasi. Kedua belah pihak harus mampu dan bersedia menangkap buah pikiran masing-masing. Kondisi seperti ini harus dipahami dan diterima sebagai bahagian proses belajar dan mengajar.
Apabila motor educability seseorang baik, ada kemungkinan akan cepat menguasai gerakan dengan baik, sekaligus memberikan gambaran tentang kemampuan intelegensi siswi itu sendiri. Rani (dalam syarifuddin, 1993;21) mengatakan”Keterampilan gerak adalah kemampuan yang efesien dalam melakukan suatu tugas.” Pengalaman dalam belajar (olahraga) akan memengaruhi pula keterampilan gerak.
Ketika seorang siswi memperhatikan contoh suatu gerakan, kemudian melakukannya sendiri akan memberikan kontribusi, yaitu persepsi kinestesis yang membutuhkan konsentrasi untuk merasakan suatu gerakan. Kemampuan berketerampilan motorik seperti motor educability oleh siswi di sekolah bukanlah bertujuan untuk mencapai suatu prestasi olahraga, melainkan aktivitas di lapangan berupa pendidikan jasmani. Selain itu, diarahkan untuk mengembangkan kapasitas setiap individu untuk digunakan dalam kegiatan apa saja yang dipilihnya, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Dengan demikian, perlu memperhatikan keterampilan karena merupakan faktor utama dalam suatu aktivitas gerak anak ditambah dengan skill yang baik.
a. Keterampilan(skill)
Istilah keterampilan itu sendiri memiliki beberapa pengertian yang telah dipakai dalam beberapa versi dalam literature tentang prilaku motorik. Yang lazim dipakai ialah keterampilan dipandang sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan lainnya sebagai sebuah indikator dari tingkat kemahiran. Jika suatu keterampilan dipandang sebagai aksi motorik atau pelaksanaan suatu tugas (task), keterampilan itu akan terdiri dari sejumlah respon motorik dan persepsi yang diperoleh melalui belajar. Keterampilan itu dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan sesuatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses, yakni seseorang mengembangkan seperangkat respons ke dalam suatu gerak yang terkoordinasi, terorganisir, dan terpadu. Setiap keterampilan motorik membutuhkan pengorganisasian gerakan otot baik dalam aspek tempat dan waktu. Pengorganisasian otot menurut tempatnya berarti terdapat sekelompok otot yang terpilih untuk melakukan suatu gerakan pengorganisasian otot menurut waktu. Dengan kata lain, otot-otot berkontraksi atau relaksasi harus terjadi pada waktu yang tepat dan serasi.
Sebagai indikator dari tingkat kemahiran, keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam menjalankan suatu tugas berkaitan dengan dengan pencapaian tujuan yang diharapkan, maka orang itu disebut makin terampil. Seorang pemain bola basket yang mampu memasukkan bola meskipun dijaga oleh 2-3 pemain lawan secara ketat disebut sebagai pemain terampil.
Secara operasional, definisi terampil biasanya dipergunakan untuk menyatakan respons nyata terhadap suatu stimulus yang terkontrol. Respons itu dicatat berdasarkan kesalahan, respons yang betul, frekuensi, atau cepat lambatnya reaksi. Istilah terampil juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu tugas. Seorang pemula yang baru mengenal bagimana cara bermain bulutangkis misalnya, akan memperlihatkan koordinasi gerak yang kaku, pukulannya sering keluar, atau tak dapat mengontrol bola yang masuk atau keluar dengan cermat. Pemain tersebut dapat digolongkan kurang terampil.
b. Kemampuan motorik
Kemampuan motorik dan keterampilan bukanlah sebagai konsep yang sama pengertiannya. Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Pengaruh faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan. Selain itu, keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar.
Keseimbangan, kecepatan reaksi, dan fleksibilitas adalah contoh-contoh dari kemampuan dasar yang penting untuk melaksanakan berbagai keterampilan dalam olahraga. Akhirnya, untuk kebutuhan analisis lebih lanjut, keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi kategori dalam suatu proses keterampilan. Sehubungan dengan hal tersebut, Harsuki,(2006:53) mengakatakan,”Keterampilan neuromuskuler atau matorik adalah keterampilan yang dapat dipelajari untuk suatu kenerja yang efesien, konsisten, dan aman.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar