Sabtu, 05 Juli 2014

MK TES DAN PENGUKURAN


TUGAS
MATA KULIAH
TES DAN PENGUKURAN



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tes Dan Pengukuran






 












Disusun Oleh :


Nama                      : Dede Syamsul Ma’arif
NIM                        : 111 204 112
Jurusan                  : PJKR 11 A





Dosen : Dra. Ida Zubaida, M. Pd.







PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI (PJKR)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SITUS BANTEN
SERANG 2014


KATA PENGANTAR


Puji  syukur   kehadirat    Allah SWT.    Karena  dengan  rahmat  dan karunia - Nyalah sehingga Penyusunan Makalah  ini telah dapat diselesaikan. karena kami telah berhasil menyusun Makalah TES DAN PENGUKURAN ini. Yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen STKIP SITUS BANTEN Mata Kuliah Tes dan Pengukuran.
         Makalah ini untuk memenuhi Tugas
Statistika Tes dan Pengukuran. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya  kepada yang   terhormat : 
1.     Ibu Dra. Ida Zubaida, M. Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Tes Dan Pengukuran  yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
2.     Rekan-rekan semua di Kelas 11 A Semester 6

         Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan. Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif  sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.  Amin. 
              

               Serang,   Juni  2014


                                                                                     Penyusun


BAB I
TES PENGUKURAN KONDISI FISIK


A.    Tes Pengukuran Kondisi Fisik


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ4u8oxkcJHXbambnvBJYU1Hp3ypB0KWKhH2xTLHAisnZXRGa-Qm7acnYsmKWnWXQynY2UKnRkKAMG0xvGKIHCMD2Seckt0n6WOzradzdH68uAdlsasO2ViMI3elHQoD1aoMaI1ZqDjM73/s320/tes+dan+pengukuran+kondisi+fisik+by+asad+tasik.jpg
v Definisi
*     TES : alat atau instrumen yang digunakan untuk  mendapatkan informasi/ data tentang individu/ obyek
*     PENGUKURAN : proses pengumpulan informasi/ data yang dilakukan secara obyektif
*     EVALUASI : proses pemberian nilai/ harga dari data yang terkumpul
Evaluasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus-menerus dari setiap program karena tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui kapan, dimana dan bagaimana perubahan-perubahan akan dibuat.

v Kriteria Tes
*     Kesahihan (validitas )
Alat untuk mengukur objek dengan tepat dan sesuai dengan gejala yang diukurnya
*     Keterandalan ( reliabilitas )
Jika alat ukur itu mantap; ajeg artinya alat ukur tsb dalam pengukuran yang berulangkali pada objek yang sama menghasilkan ukuran sama
*     Obyektivitas
Keobyekan menunjukkan kesamaan hasil yang diberikan oleh 2 orang/lebih pengetes terhadap obyek yang sama.
*     Ekonomis, sederhana, mempunyai norma,


v TES DAN PENGUKURAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK
Tes dan Pengukuran dapat menentukan respon fisiologis atlit terhadap latihan , dan juga dapat :
*     Menemukan kelemahan dan menunjukan keterbatasan, ketidakseimbangan atlit dalam melakukan pergerakan dasar.
*     Memprediksi gerakan yang tidak sempurna/efesien.
*     Memberikan masukan untuk bahan latihan dan membantu memprediksi potensi cedera.
*     Menentukan karakteristik bagi atlit dalam  melakukan penampilan yang terbaik.
*     Memberikan motivasi pada peserta latihan, agar terus berlatih secara maksimal.


v TES DAN PENGUKURAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK

*     Para pelatih kadang diminta menggunakan metode-metode ilmah untuk menghasilkan informsi/data baru melalui tes dan pengukuran.
*     Namun dalam praktek, pelatih yang berhasil adalah pelatih yang menggunakan informasi/data itu untuk menyusun rencana latihan dan melaksanakannya dalam praktek kepelatihannya.
*     Sudah barang tentu teknik tes dan pengukuran harus disesuaikan dengan sport specific dan informasi/data yang didapatkanya.

v DESAIN TES KONDISI FISIK
Ada tiga bidang gerak utama dengan sumbunya yang sesuai. Setiap bidang gerak memotong badan dan membaginya menjadi ruas-ruas yang sama. Bidang gerak utama tersebut adalah :
*     Bidang Sagital : Membagi badan  menjadi ruas kiri dan ruas kanan.
*     Bidang Frontal : Membagi badan menjadi badan menjadi bagian depan dan bagian belakang.
*     Bidang Transversal : Membagi badan menjadi separuh bagian atas dan separuh bagian bawah.

v STRENGTH
*     Kekuatan adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarkan banyak kemampuan berbeda. Contoh 'kekuatan' adalah sebagai berikut:
*     Kekuatan Daya tahan - kemampuan untuk memindahkan resistensi yang ringan salam periode waktu yang panjang
*     Kekuatan Dinamis Absolut - kekuatan otot maksimum yang dapat menghasilkan dan berlaku untuk membuat gerakan
*     Kekuatan Statis Mutlak - kekuatan otot maksimum yang dapat menghasilkan dan menerapkan tanpa menghasilkan gerakan.
*     Reaktif Kekuatan - kekuatan otot maksimum yang dapat diterapkan dalam merespon kekuatan dalam arah yang berlawanan
*     Power - yang kebanyakan orang bingung dengan 'kekuatan', namun sebenarnya adalah kekuatan dinamis absolut dikali dengan kecepatan dapat diterapkan.
*     Jelas bahwa berbagai aktivitas / olahraga membeutuhkan  'kekuatan', berbeda ‘ dan kekuatan' perlu metode-metode pelatihan yang berbeda.

v TES & EVALUASI STRENGTH
1)     Core Muscle Strength and Stability Test
2)     Curl Up Test
3)     Canadian Crunch Test
4)     Sit Ups Test
5)     Jumps Decathlon]
6)     Leg Strength Test
7)     Standing Long Jump Test
8)     Sprint Bound Index Test
9)     Sergeant Jump Test
10) Chin Up Test
11) Grip Strength Test
12) Medicine Ball Javelin Quadrathlon
13) Press-ups Test
14) Bench Press Test
15) Universal Bench Press Test
16) Metronome Bench Press Test
17) Overhead Press Test
18) Leg Press Test
19) Leg Curl Test
20) Dynamic Knee Extension Test
21) Biceps Curl Test
22) Squats Test
23) Handgrip Strength Test
24) Flexed Arm-Hang Test
25) Wall Squat Test
26) The McCloy Physical Fitness Test
27) The Quadrathlon
28) The Wilf Paish Rugby Football Tests

v DESAIN TES KONDISI FISIK
Tes Kondisi Fisik ini mengarah pada aplikasi fungsional gerak/fuctional movement dengan menggunakan komponen kekuatan, daya tahan, kecepatan, ketangkasan dan tenaga secara simultan menjadi dominan. Namun tetap belum mengkaji terhadap sport specificnya sendiri. 

TEST FISIK UNTUK OLAHRAGA MARTIAL ARTS

No.
Bagian
Bentuk Test
Keterangan
1
Upper body strength
Chin Ups
=>3 Reps
2
Torso and abdominal strength endurance
Hover Circuit
2 min dan 1 min
3
Upper/Lower body strength
Crocodile Walk
10 m
In Lunge
10 m/30%xBW
4
Upper body power endurance
Crocodile Throw
10 m/Laki-laki
5
Lower body power
Standing long jump
=>2.5 m/Male
=>2 m/Female
6
Speed Agility
3 x 2 m
=>3 Sc
7
Agility Endurance
Jumps Test 30 Sc
=>60 Reps
8
Flexibility
Sit & Reach
=> 10 Cm
9
Endurance
Lari 2 Km
=< 10 Menit
10
Lower Body Strength Endurance
Single Leg Squat

TEHNIS PELAKSANAN BATERAI TES KONDISI FISIK

Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederahana ke yang lebih kompleks (sistematis dan metodis) merupaka salah satu ciri dari sebuah latihan. Dalam proses latihan tersebut pada seorang atlet tentunya dalam pencapaian prestasi adanya sebuah beban latihan. sehingga diperlukannya beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Pencapaian prestasi tersebut pada setiap atlet di semua cabang olahraga tentu membutuhkan sebuah standar baku dalam pemeriksaan kondisi fisik atlet. Sampai saat ini Alat ukur yang masih banyak dipergunakan oleh para praktisi olahraga atau seorang pelatih adalah alat ukur dengan menggunakan baterai test. Baterai test biasanya terdiri dari beberapa tes fisik yang bertujuan untuk pengambilan data terhadap gambaran kondisi fisik atlet.

Yang memang harus kita kaji lebih dalam adalah, bahwa manusia akan selalu berhubungan dengan bahasa. Bahasa inilah yang kemudian sangat bertanggung jawab terhadap serangkaian jawaban yang pasti akan diperoleh dari setiap testee, pada saat mereka merespon setiap pertanyaan yang muncul dalam item demi item test yang diberikan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui baterai tes dengan melakukan 4 (empat) butir tes secara berurutan. 
Berikut ini adalah petunjuk tehknis dalam pelaksanaan tes untuk atlet usia 15 tahun ke bawah dan atlet usia 16 tahun:
1.     Tes Kecepatan
a)     Bentuk tes        : Lari 40 meter
b)     Tujuan        : mengetahui kecepatan atlet
c)     Alat ukur        : Stopwatch CASIO
d)     Fasilitas        : Lintasan sepanjang lebih dari 40 meter
e)     Norma Pengukuran Norma Tes Lari Kecepatan 40 meter

Putri
Status
Putra
< 5,4 det
Sangat baik
< 5,2 det
5,4 - 6,6 det
Baik
5,2 - 6,0 det
6,6 - 7,2 det
Cukup
6,0 - 6,4 det
7,2 - 9,0 det
Kurang
6,4 - 7,6 det
> 9,0 det   
Kurang sekali
> 7,6 det

f)      Petunjuk tehknis:
a.    Membuat lintasan 40 meter dengan memberi tanda garis start dan garis finish.
b.    Pelaksanaan:
1)    Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.
2)    Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3)    Catat waktu yang ditempuh pada jarak 40 meter.
4)    Dilakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.
c.    Satuan pengukuran : Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik).
d.    Hasil tes    : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes.




2.     Tes Lemparan Depan (Shocken)
a)     Bentuk Tes      : Lemparan depan (shocken)
b)     Tujuan      : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c)     Alat pengukur      : Meteran TAJIMA
d)     Fasilitas          : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e)     Satuan pengukuran    : Hasil diukur dalam meter.
f)      Hasil tes    : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes.
g)     Norma Pengukuran    Norma Tes Shocken Depan

Putri
Status
Putra
> 7,87 m    >
Sangat baik
9,08 m
7,87 – 6,42 m
Baik
9,08 – 7,48 m
6,42 – 5,68 m
Cukup
7,48 – 6,68 m
5,68 – 3,48 m
Kurang
6,68 – 4,27 m
< 3,48 m
Sangat kurang
< 4,27 m
h)     Tehknis Pelaksanaan    :
a.      Atlet berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang b lemparan, peluru dipegang dengan dua tangan.
b.     Peluru dilontarkan kedepan atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan pinggul Secara bersamaan.
c.      Hasilnya diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
d.     Tes ini dilakukan dua kali

3.     Tes Standing Broard Jump
a)     Bentuk Tes        : Lompat jauh tanpa awalan (Standing Broard Jump)
b)     Tujuan        : Untuk mengukur kemampuan power tungkai
c)     Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
d)     Fasilitas        : Bak pasir
e)     Satuan pengukuran : Hasil diukur dalam meter.
f)      Hasil tes        : Hasil tes adalah lompatan yang terjauh dari dua tes.
g)     Norma Pengukuran Tes Standing Broard Jump

Putri
Status
Putra
> 2,10 m   
Sangat baik   
> 2,25 m
2,10 – 1,90 m    
Baik  
2,25 – 2,14 m
1,90 – 1,80 m    
Cukup  
2,14 – 2,03 m
1,80 – 1,51 m  
Kurang  
2,03 – 1,70 m
< 1,51 m   
Sangat kurang   
< 1,70 m
h)     Teknis Pe1aksanaan    :
a.      Atlet berdiri ditepi bak pasir/dibelakang garis.
b.     Melompat dengan menumpu pada kedua kaki kedepan sejauh jauhnya, dan mendarat di bak pasir.
c.      Hasilnya diukur dari tempat pendaratan yang terdekat dengan tumpuan ke tempat tumpuan.
d.     Tes ini dilakukan dua kali

4.      Tes Daya Tahan (800m)
a)     Bentuk tes        : Lari 800 meter
b)     Tujuan        : Untuk mengukur kemampuan daya tahan
c)     Alat pengukur    : Stopwatch CASIO
d)     Fasilitas        : Lintasan
e)     Satuan pengukuran: Menit dan detik (misalnya 3’ 40” berarti 3 menit 40 detik)
f)      Norma Pengukuran Norma Tes Daya Tahan

Putri
Status
Putra
< 2’ 35”   
Sangat baik   
< 2’ 30”
2’ 35” – 3’ 10”     
Baik 
2’ 30” – 2’ 35”
3’ 10” – 3’ 28”     
Cukup 
2’ 35” – 3’ 0”
3’ 28” – 4’ 33”   
Kurang   
3’ 0” – 3’ 44”
> 4’ 33”   
Sangat kurang   
> 3’ 44”
g)     Pelaksanaan    :
a)     Atlet berdiri pada posisi start berdiri tepat dibelakang garis start.
b)     Setelah ada aba-aba “Ya” siswa/ siswi berlari dengan jarak 800 meter menuju garis finis.
c)     Catat waktu yang ditempuh pada jarak 800 meter

5.     Sedangkan item tes yang menggunakan kategori usia 16-19 tahun adalah terdiri dari 6 (enam) item tes yang juga dilaksanakan secara berurutan. Adapun baterei tesnya adalah:
1.    Tes Kecepatan
a.    Alat ukur    : Stopwatch CASIO
b.    Fasilitas    : Lintasan sepanjang lebih dari 60 meter Cara pengukuran
c.    Satuan pengukuran: Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik)
d.    Hasil tes        : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes
e.    Norma Pengukuran Norma tes kecepatan

Putri
Status
Putra
< 7,54 det   
Sangat baik   
< 6,44 det
7,54 – 8,13 det     
Baik 
6,44 – 7,31 det
8,13 – 8,43 det    
Cukup  
7,31 – 7,75 det
8,43 – 9,32 det   
Kurang   
7,75 – 9,06 det
> 9,32 det   
Sangat kurang   
> 9,06 det


f.    Pelaksanaan:
1)    Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.
2)    Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/ siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3)    Catat waktu yang ditempuh pada jarak 60 meter.
4)    Lakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.

2.    Tes Lemparan Depan (Shocken)
a.    Bentuk Tes    : Lemparan depan (rhocken)
b.    Tujuan    : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c.    Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
d.    Fasilitas        : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e.    Satuan pengukuran: Hasil diukur dalam meter.
f.    Hasil tes                : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes
g.    Norma Pengukuran Norma Tes Shocken Depan

Putri   
Status   
Putra
> 11,19 m   
Sangat baik
> 14,41 m
11, 19 – 9,44 m   
Baik
1 1,91 – 14,41 m
9,44 – 8,56 m    
Cukup
11,91 – 10,66 m
8,56 – 5,93 m   
Kurang
10,66 – 6,91 m
< 5,93 m   
Sangat kurang
< 6,91 m


h.    Pelaksanaan    :
1)    Atlet berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang lemparan, peluru dipegang dengan dua tangan.
2)    Peluru dilontarkan kedepan atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan pinggul secara bersamaan.
3)    Hasilnya diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
4)    Tes ini dilakukan dua kali

3.    Tes Lemparan Belakang (Shocken)
a.    Bentuk Tes    : Lemparan belakang (shock-en)
b.    Tujuan    : Untuk mengukur kemampuan koordinasi tungkai dan lengan
c.    Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
d.    Fasilitas        : Peluru 3 Kg (Putri), dan 4 Kg (Putra)
e.    Satuan pengukuran : Hasil diukur dalam meter.
f.    Hasil tes               : Hasil adalah lemparan yang terjauh dari kedua tes
g.    Norma Pengukuran Norma Tes Shocken Belakang

Putri     
Status 
Putra
> 11,49 m   
Sangat baik
> 14,32 m
10, 04 – 9,34 m   
Baik
1 1,76 – 14,32 m
9,34 – 8,49 m    
Cukup
11,76 – 10,49 m
8,49 – 5,94 m     
Kurang
10,49 – 5,93 m
< 5,94 m   
Sangat kurang
< 5,93 m

h.    Pelaksanaan    :
1)    Atlet berdiri dengan lutut ditekuk (90°), badan tegak menghadap bidang lemparan, peluru dipegang dengan dua tangan.
2)    Peluru dilontarkan ke belakang atas dengan cara mengayunkan lengan, meluruskan tungkai dan pinggul secara bersamaan.
3)    Hasilnya diukur dari jatuhnya peluru sampai tumpuan kaki disikap permulaan.
4)    Tes ini dilakukan dua kali

4.    Tes Standing Triple Jump (Kanan dan Kiri)
a.    Bentuk Tes    : Lompat 1 kaki kanan/kiri tanpa awalan (Standing Triple Jump)
b.    Tujuan    : Untuk mengukur kemampuan power tungkai
c.    Alat pengukur    : Meteran TAJIMA
d.    Fasilitas    : Lintasan
e.    Satuan pengukuran        : hasil diukur dalam meter
f.    Hasil tes        : hasil tes adalah lompatan yang terjauh dari dua tes.
g.    Norma Pengukuran Norma Tes standing triple jump putra

Kiri     
Satuan 
Kanan
>9,34m 
Sangat baik
>9,40m
8,18 – 9,34m    
Baik
8,23 – 9,40m
8,18 – 7,60m   
Cukup
8,23 – 7,65m
7,60 – 5,87m   
Kurang
7,65 – 5,90m
<5,87m   
Sangat kurang
<5,90m

 
Norma Pengukuran Tes standing triple jump putri

Kiri     
Satuan 
Kanan
>8,05m   
Sangat baik
>8,09m
8,05 – 7,16m      
Baik
8,09 – 7,18m
7,16 – 6,71m      
Cukup
7,18 – 6,73m
6,71 – 5,37m      
Kurang
6,73 – 5,36m
<5,37m   
Sangat kurang
<5,36m

h.    Pelaksanaan    :
1.    Atlet berdiri di dibelakang garis
2.    Melompat dengan satu kaki kanan/kiri dengan 3x Lompatan
3.    Ukur dari tempat pendaratan yang terdekat dengan tumpuan ke tempat.
4.    Tes ini dilakukan dua kali

5.    Tes Daya Tahan (2400m)
a.    Bentuk tes        : lari 2400m
b.    Tujuan            : untuk mengukur kemampuan daya tahan
c.    Alat pengukur        : stopwatch CASIO
d.    Fasilitas        : lintasan
e.    Satuan pengukuran    : menit dan detik ( misalnya 9’ 10” berarti 9 menit 10 detik
f.    Norma Pengukuran Norma Tes Daya Tahan

Putri
Status
Putra
<9’ 10”   
Sangat baik   
<6’28”
9’ 10” – 10’ 42”   
Baik   
6’28” – 8’42”
10’42” – 11’ 31”    
Cukup  
8’42” – 9’49”
11’ 31” – 13’ 10”      
Kurang
9’49” – 13’10”
>13’ 10”   
Sangat kurang   
>13’10”

g.    Pelaksanaan        : 
1.    Atlet berdiri pada posisi start berdiri tepat dibelakang garis start
2.    Setelah ada aba-aba “Ya” siswa/ siswiberlari dengan jarak 2400 meter menuju garis finish.
3.    Catat waktu yang ditempuh pada jarak 2400 meter.

A.    PETUNJUK PELAKSANAAN
a)     Dalam pelaksanaan test dan pengukuran ditempuh dalam waktu selama 1 (satu) menit pada setiap jenis atau bentuk test.
b)     Dalam pelaksanaan test dan pengukuran ditempuh dalam jarak dalam ukuran meter pada setiap jenis atau bentuk test.
c)     Jenis atau bentuk test yang diselenggarakan dalam waktu 1 (satu) menit dan dengan hasil berapa kali ulangan dalam melaksanakan bentuk ketrampilan dasar antara lain :
 “Pull Up, Push Up, Sit Up, Back Up, Squat Trush, Knee tuck Jump, Hand Stand Push Up, Passing Bawah dan Atas Bola Voli, Lay Up Per menit”. 
d)     Jenis atau bentuk test yang diselenggarakan dengan menggunakan jarak tempuh dan dengan hasil test adalah Waktu dalam menit atau detik antara lain :
“Test Lari 2,4 Km, Lari 50 m, Lari 100 meter, Lari 200 meter, Lari 400 meter, Lari 1500 meter, 3000 meter, Semo Agility, Menggiring bola kaki, Driblling bola basket”. 
e)     Jenis atau bentuk test yang diselenggarakan dengan menggunakan jarak tempuh dan dengan hasil test adalah jarak atau meter, dilaksanakan 2 kali ulangan antara lain :
”Tolak peluru, Lempar cakram, Lempar lembing, Loncat jauh, Lompat tinggi, Melempar bola ke sasaran”.

B.    ASPEK-ASPEK PENILAIAN PENJASKES

a)     Permainan dan Olahraga
”Sepak bola, bola voli, bola basket, lari 50 m, lari jarak menengah, lompat jauh, loncat tinggi, Tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram”.
b)     Aktifitas Pengembangan
”Komponen kebugaran jasmani, Latihan kekuatan, Kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan, daya tahan, kecepatan reaksi”.
c)     Aktifitas ritmik
”Senam irama dan senam simpai
d)      Uji Diri atau Senam
”Senam dasar dan senam lantai
e)     Olahraga Pilihan
”Renang, Penjelajah di sekitar sekolah atau di luar sekolah, bulutangkis, Tenis meja



































BAB II
BASKETBALL SKILLS TEST GAME
And the true test is the most accountable and face underwent a match. This is where the skill and ability of an athlete tested. Nonetheless, both the players and the coaches find that very useful skill test. This test is used as an evaluation of the level of skill that has been owned and menentuka layout deficiencies athletes or motivation to raise the morale of the players in practice. School environment, this kind of test is useful so that the children can assess their own level of ability is achieved.
Tests Skills Basketball Game
1. the Shooting for 30 seconds
A player holding the ball under the ring (the board) and shoot kesisi-side cart. Here are assessed is the maximum score that can be achieved within a period of 30 seconds
Value for Shooting repeatedly (Value Secondary school children in America)
Age / Rating
A
B
C
D
Age 14 years
10 +
7-9
4-6
1-3
Age 15 years
14 +
10-13
6-9
2-5
Age 16 Years
16 +
12-15
7-11
2-6
2. Speed ​​Pass the Ball kedinding
A player stands at a distance of approximately 1.5 meters from the wall. Doing operand kedinding and count the number of operands that can be achieved kedinding for 30 seconds.
3. Tests Transition
A player starts to stand with one foot in front. Then he shifted his position to a similar position but the front foot is a foot into the other side. Knees should be bent, shoulders forward. Legs should not be crossed.Calculate the complete transition could be done for 30 seconds along a distance of 6 meters.
4. Throwing with the Right
Players stand at a distance of 7.5 meters from the target and throw the ball ketarget six times. The target is a 0.6 meter diameter circle
5. Zig-zag test Dribble
Players are dribbling moves in and out, back to point start and begin again. Calculate every obstacle that successfully passed, including the start point. If it succeeded beyond all these obstacles the player gets a point 8. Each player is given a time for 30 seconds
Picture Arena Practice Tests Dribble Zig - Zag
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_I98h6M2p_oGC4ln14kZL_Lm7rPsxrKiyFp0Ou8elrPeE2hLw_y7IA10o2W_by_Mw7iFgM5s8pucmLT2nhneUDMi3aUFzDPDgyVYuFKmWwUXYY_oM44OefC6SFijFiuKHdk4cBfw3Eno/s320/jarak+basket.jpg
Value Secondary School Children in America
Age / Rating
A
B
C
D
Age 14 years
21 +
19-20
16 -18
14-15
Age 15 years
23 +
20-22
18-19
15-17
Age 16 Years
24 +
21-23
18-20
16-17
While college students in English 18-19 Years
A
B
C
D
29 +
25-28
18 -24
10-17
adalah 50.
























BAB III

KEMAMPUAN MOTORIK

(MOTOR ABILITY)


1.     Kemampuan Motorik (Motor Ability)

Pengertian Kemampuan Motorik (Motor Ability)
A.    Hanskin (1971)
Kemampuan seseorang untukmenampilkan berbagai nomor olahraga yang diajarkannya dan menandakan kemampuan keterampilan umum.
B.    Clarke (1971)
Membedakan antara general motor ability dg motor ability
C.    Singer (1980)
Kemampuan motorik diduga sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai berbagai kegiatan motorik (termasuk olahraga)
Pleismen (1980) Membagi Kemampuan Motorik Menjadi 2:
Kemampuan yang berhubungan dengan persepsi motorik (Perceptual Motor Abilities)
Kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan fisik (Physical Proficient Abilities)

2.     Kemampuan-Kemampuan Persepsi Motorik
a)     Mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh secara bersamaan
b)     Kontrol yang tinggi dan ketepatan gerak
c)     Memilih respon dengan cepat
d)     Bereaksi dengan cepat terhadap stimulus
e)     Kemampuan melakukan gerakan yg cepat
f)      Kemampuan merubah kecepatan dan arah
g)     Kemampuan melakukan gerakan lengan dan tangan yg terampil dan terkendali
h)     Kemampuan memperagakan secara terampil dan terkontrol terutama yang melibatkan jari-jari tangan
i)      Kemampuan memperagakan posisi lengan dan tangan yang tepat
j)      Kemampuan membidik suatu obyek yang kecil
k)     Kemampuan menggerakan pergelangan dan jari dengan cepat


3.     Kemampuan-Kemampuan Yang Berhubungan Dengan Fisik
a)     Tenaga/daya maksimum yang digunakan untuk obyek eksternal
b)     Daya tahan otot untuk kegiatan berulang-ulang
c)     Kemampuan untuk memobilisasi energi secara efektif untuk menggerakkan otot secara maksimum
d)     Kemampuan melentukkan tubuh
e)     Kemampuan mengkoordinasikan tubuh dalam keadaan bergerak
f)      Kapasitas untuk usaha maksimal yang memerlukan daya tahan cardiovascular

4.     Kemampuan Motorik (Philips Dan Hornak, 1979)
a.      Kecepatan (speed)
Kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sejenis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
b.     Daya ledak (explosif power)
kemampuan sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif (memer-lukan daya ledak/mendadak)
c.      Kelincahan (agility)
Kemampuan seseorang merubah arah dalam keadaan bergerak
d.     Kekuatan (strength)
Kemampuan seseorang untuk mengembangkan ketegangan otot dalam berkontraksi yang maksimal
e.      Daya tahan (endurance)
Kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu kerja otot secara terus menerus dalam waktu yang lama.
f.      Kelentukan (flexibility)
Kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan pada persendian dengan seluas-luasnya.

5.     Pengembangan Penelitian
a)     Membandingkan prestasi keterampilan tertentu, kelompok kemampuan motorik tinggi dan rendah setelah dilatih keterampilan yang sama.
b)     Mencari unsur-unsur kemampuan motorik dominan, yang dapat digunakan untuk meprediksi keberhasilan dalam latihan olahraga ttt.
c)     Daya prediksi unsur-unsur keterampilan motorik X, Y, Z dsb thd prestasi olahraga ttt.


6.     Tes Kemampuan Dasar Anak Pra-Sekolah (0-6 Tahun)
Anak usia prasekolah merupakan masa peka  terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia ini perkembangan intelektual telah terbentuk di atas 50%. Jika orangtua gagal memberikan stimulasi secara baik di usia ini, maka perkembangan anak selanjutnya berpotensi mengalami problema dalam belajar.
Pada tahap usia 0-6 tahun, anak berada pada tahap sensori-motorik dan pra-operasional. Pada tahap awal sensori-motorik, anak (bayi) telah mulai berkomunikasi dengan lingkungan lewat eksplorasi sensori-motorik yang melibatkan seluruh indera dan gerak. Misalnya: memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Pada masa berikutnya pra-operasionalnya meskipun pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik, namun kemampuan abstraksinya mulai tumbuh sehingga memungkinkan ia untuk berpikir simbolik, sekalipun bersifat egosentris. Ia belum memiliki pemahaman yang cukup tentang lingkungan di luar dirinya. Ada beberapa tes untuk anak usia prasekolah:

1)     Tes Kemampuan Transformasi
Kemampuan transformasi atau perubahan bentuk dapat dikenalkan pada anak prasekolah lewat eksperimen sederhana.
Contoh kegiatan: meniup balon, menuang air ke alam gelas yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai bentuk.
2)     Tes Kemampuan Reversibility
Yaitu tes kemampuan cara berpikir alternatif atau bolak-balik.
Contoh kegiatannya: mengurutkan angka dari kecil ke yang besar kemudian kembali dari angka yang besar ke  yang lebih kecil.
3)     Tes Kemampuan Klasifikasi
Yaitu kemampuan anak dalam mengklasifikasikan benda-benda.
Contoh kegiatannya: mengklasifikasikan warna, bentuk, dan bahan dasar.
4)     Tes Kemampuan hubungan asimetris
Contoh kegiatannya: menyusun balok secara urut dari yang besar sampai ke yang kecil.

7.     Hal Yang Perlu Diperhatikan Terkait Dengan Identifikasi Abbs Di Sekolah Dasar (Sd)
Untuk menemukenali anak apakah mengalami kesulitan belajar atau tidak, maka guru perlu melakukan pengamatan, penilaian, pencatatan dan pendokumentasian secara cermat atas gejala-gejala yang nampak pada setiap diri anak. Proses pengamatan, penilaian, pencatatan, dan pendokumentasian ini dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang masalah yang dihadapi oleh anak.
Mungkin masalah yang dihadapi anak cukup serius, sehingga tingkat kontribusinya terhadap gangguan belajar sangat tinggi, tetapi mungkin ada juga yang ringan sehingga tidak terlalu menganggu proses dan hasil belajar anak. Pentingnya identifikasi ini diakui karena sebagai sangat vital  karena jika guru membiarkan saja masalah-masalah belajar yang dihadapi anak, maka peluang kegagalan dalam pendidikan bagi anak yang bersangkutan menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu informasi mengenai identifikasi ini perlu dicermati bagi setiap guru yang menginginkan anak didiknya dapat belajar dengan lancar dan mencapai hasil yang optimal.
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi oleh sekolah dalam rangka menanggulangi masalah kesulitan belajar. Ada beberapa contoh alat identifikasi untuk membantu guru dan orangtua dalam menemukenali anak yang berkesulitan belajar, yaitu:

1.     Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema belajar.
Informasi mengenai perkembangan anak sangat penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita, perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.
Riwayat kehamilan dan kelahiran meliputi perkembangan masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam kandungan, proses kelahiran, tempat kelahiran, penoloong persalinan, gangguan pada saat proses kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan tanda-tanda kelainan pada bayi.
Perkembangan masa balita sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai lama menyusu ibu, usia akhir minum susu kaleng, kegiatan imunisasi, penimbangan, kualitas dan kuantitas makanan pada masa balita, kesulitan makan yang dialami dsb.
Perrkembangan fisik diperlukan terutama data mengenai kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan, naik sepeda, berbicara lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi, dan riwayat kesehatan.
Perkembangan sosial terutama berkaitan dengan hubungan dengan saudara, hubungan dengan teman, hubungan dengan orangtua dan guru, hobi anak, minat khusus. Perkembangan pendidikan meliputi informasi kapan masuk TK, berapa lama pendidikan di TK, kapan masuk SD, apa kesulitan selama di TK, apa kesulitan selama di Sd, apakah pernah tinggal kelas, pelayanan khusus yang pernah diberikan, prestasi belajar, mata pelajaran yang dirasa sulit dan mata pelajaran yang disenangi.

2.     Informasi data orangtua/wali
Sealin data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai keadaan orangtua/wali siswa yang bersangkutan. Data orangtua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas orangtua, hubungan orangtua dengan anak, data sosial ekonomi orangtua, serta tanggungan dan tanggapan orangtua terhadap anak. Identitas orangtua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas ibu.
Hubungan orangtua-anak menggambarkan sejauh mana intensitas komunikasi antara orangtua dan anak. Misalnya apakah kedua orangtua satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh salah satu orangtua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar anak.
Mengenai data sosial ekonomi diperlukan agar sekolah dapat memperhitungkan kemampuan orangtua dalam pendidikan anaknya. Data sosial ekonomi dapat mencakup informasi mengenai jabatan formal maupun non formal ayah dan ibu, serta besarnya penghasilan rata-rata perbulan.
Sedangkan mengennaitanggapan orangtua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orangtua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orangtua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orangtua terhadap anak yang bersangkutan, harapan orangtua dan bantuan yang diharapkan orangtua untuk anak yang bersangkutan.

3.     Informasi profil (gambaran secara umum) anak berkesulitan belajar
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa perlu diketahui guru. Kadang adanya kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi satu faktor timbulnya masalah belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.
Dalam proses identifikasi di SD hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu:

a)     Petugas identifikasi

Ada beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan dalam identifikasi anak berkesulitan belajar yaitu guru, orangtua anak dan tenaga profesional lain (psikolog, dokter anak, neurolog, terapist, ortopedagog, dsb.
b)     Pelaksanaan identifikasi
Kegiatan identifikasi anak berkesulitan belajar seyogyanya dapat dilakukan secara sistematis, terencana/terprogram, terpadu dan profesional. Artinya, semaksimal mungkin mengikuti prinsip-prinsip metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Meskipun demikian bukan berarti harus ketat sehingga justru menyulitkan guru.

Prosedur dalam pelaksanaan identifikasi yaitu:
1)     Kegiatan menghimpun data tentang anak
2)     Kegiatan menganalisis data/melakukan klasifikasi anak
3)     Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
4)     Menyelenggarakan pertemuan kasus
5)     Menyusun laporan hasil pertemuan kasus

Tindak lanjut kegiatan identifikasi
a.      Perencanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa Mencakup:
v Menetapkan bidang-bidang atau aspek masalah belajar yang akan ditangani.
v Menetapkan pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif atau kompetitif, dll.
v Menyusun program pembelajaran individual.

b.     Pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkesulitan belajar sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan anak tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru. Program bersifat fleksibel.

c.      Pemantauan kemajuan belajar/evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi berkesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/ bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu dimantapkan, tetapi jika mengalami kemunduran perlu diadakan peninjauan kembali.
8.     Jenis- jenis Tes Motor Ability yaitu:
a)     Carpenter Motor Ability Tes
Tujuan                               : Mengukur kemampuan gerak secara umum
            siswa- siswa                        : sekolah dasar.
Kelas                                 : 1,2,dan3
Jenis Kelamin                    : Laki- laki dan Perempuan
Perlengkapan/ alat            : Matras, pita, pengukur, peluru yang beratnya 4 ibs dan  formulir tes.
Butir- butir tes                     : Stending Bord Jump, Shot-put, Berat badan

Administrasi Tes:
a)     Standing Broad jump
Tujuan             : Mengukur komponen power otot tungkai.
Alat/ fasilitas   : pita ukuran, bak pasir/ matras, bendera juri
Pelaksanaan     :  Orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutu ditekuk sampai membentuk sudut + 45º kedua lengan lurus kebelakang kemudian orang coba menolak kedepan dengan kedua kaki. Orang coba diberi kesempatan 3 kali percobaan.
Skor:  Jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/ badan yang terdekat dengan papan tolak dari 3 kali percobaan.

b)     Shot-Put
Tujuan                               : Mengukur power lengan
Pelaksanaan                      :   Subjek berdiri dalam lingkungan tolak peluru sambil memegang peluru yang beratnya 4 pound yang diletakkan dekat leher dan bahu kemudian bergerak kedepan dengan hop dan segera menolak peluru tersebutkedepan sejauh mungkin. Kecondongan badan pada saat akan menolak peluru membentuk sudut + 45 derajat. Peluru tesebut tidak dilempar melainkan ditolak dan step tidak boleh keluar dari lingkungan. Subjek diberikan kesempatan 3 kali percobaan.
Skor                                   :     Di ambil jarak yang terjauh dengan timbangan ketiga tolakan tersebut dan diukur sampai mendekati satu kaki.

c)     Berat Badan
Subjek berat badanya diukur dengan timbangan berat dicatat sampai mendekati satu pound. Cara menentukan skor secara keseluruhan dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
a)     Untuk anak laki- laki
Skor keseluruhan = standing broad jump + 2,5 (shot- put) + 0,5 (berat badan).
b)     Untuk anak perempuan
Skor keseluruhan = hasil standing broad jump + 1,5 (shot- put) + 0,05 (berat badan)
Norma – norma berdasarkan pada persamaan di atas tersebut tidak tersedia. Tetapi, Indeks Efisiensi Fisik diperoleh dengan menggunakan soal tes yang sama dengan persamaan sebagai berikut:
Anak laki–laki : 0,1 Broad Jump + 2,5 shot put-berat badan
Anak perempuan     : 0,5 Broad Jump + 3 shot put-berat badan

b)     Barrow motor ability
Tujuan                   : membuat klasifikasi, bimbingan, dan penentuan prestasi
Level                     : mahasiswa pria, siswa pria sekolah menengah atas,  
                                              dan siswa pria sekolah menengah pertama.
Perlengkapan/ alat  : matras, pita pengukur, bola soft ball, stop watch,
  bola basket dan tongkat
             Butir tes                 : Standing borad jump, soft ball throw, zig zag run,
                                                wall pass, medicine ball put, 60 yard dash  



 Administrasi tes         :
a)     Standing Broad Jump
Tujuan             : mengukur komponen power otot tungkai.
Alat/ fasilitas   : pita ukuran, bak pasir/ matras, bendera juri.
Pelaksanaan     : orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutut ditekuk sampai membentuk sudut 45 º kedua lengan lurus kebelakang kemudian orang coba menolak kedepan dengan kedua kaki. Orang coba diberi kesempatan 3 kali percobaan.
Skor     :   Jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/ badan yang terdekat dengan papan tolak dari 3 kali percobaan.

b)     Soft Ball Throw
Tujuan             : mengukur power lengan
Alat/ fasilitas   :  bola soft ball, pita pengukur
Pelaksanaan     :  subjek melempar bola soft ball sejauh mungkin di belakang garis batas.             Subjek diberi kesempatan 3 kali lemparan.
Skor                 :  jarak lemparan terjauh dari ketiga lemparan, dan dicatat sampai mendekati feet.

c)     Zigzag run
Tujuan                                          : untuk mengukur kelicahan gerak.
Peralatan yang diperlukan adalah : diagram, tonggak pemancang dan stopwatch.
Prosedur pelaksanaan                : testee berdiri dibelakang garis start, setelah ada aba – aba’’ya’’,
Ia Lari secepat mungkin mengikkuti arah panah dalam diagram lapangan sampai, melewati garis finish. Testee diberi kesempatan melakukan tes tiga kali dan dinyatakan gagal apabila pada saat berlari, menjatuhkan tongkat pancang atau tidaka sesuai dengan arah diagram lapangan.
Pencatatan score : waktu tempuh yang terbaik dari tiga kali kesempatan dicatat sampai 1/10 detik.
Diagram lapangan:


                                                                               10feet
                                      
                                       16 feet


d)     Wall pass
Tujuan : untuk mengukur koordinasi mata dan tangan.
Perlatan : dinding rata, bola basket dan stopwatch.
Prosedur pelaksanaan : testee berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola dengan kedua tangan didepan dada. Setelah ada aba – aba ‘’ ya ‘’, ia segera melakukan gerakan lempar tangkap bola kedinding selama 15 detik.
Pencatatan score : jumlah gerakan lempar – tangkap bola yang berhasil dilakukan selama 15 detik dicatat sebagai score akhir.


Diagram lapangan tes :


                                    Dinding
                       Rata
                                                       19 feet garis batas
X (subjek)


e)     Medicine Ball- Put
Tujuan                   : mengukur power otot lengan.
Alat/ pelaksanaan  : bola medicine
Pelaksanaan           : subjek berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola didepan dadadengan posisi badan condong 45 drajat. Kemudian bola didorong kedepan secepat dan sekuat mungkin sebanyak tiga kali lemparan masing- masing selama 15 detik.
Skor                       : jumlah bola yang menyentuh atau memantul kedin-ding selama 15 detik.

f)      Lari 60 Yard Dash
Tujuan                   : mengukur kecepatan
Alat/ fasilitas         : stop  watch, lintasan yang berjarak 80 yard.
Pelaksanaan           : subjek lari secepat mungkin dengan menempuh jarak 60
            yard subjek diberi kesempatan melakukan tes uji hanya 
            satu kali.
            Skor                       : waktu dari mulai aba- aba ya sampai subjek tersebut
                                                melewati garis finish waktu dicatat sampai 1/ 10 detik

Cara men- skor keseluruhan (batre) digunakan rumus (General Motor Ability Scoring) yaitu:
Rumus :
Skor Keseluruhan = 2 (standing broad jump) + 1,6 (soft G.M.A.S ) ball throw) + 1,6 (zig- zag ran) + 1,3 (wall pas) + 1,2 (medicine ball put) + 60 yard dash
System melakukan tes General Motor Ability di sesuaikan dengan panduan tes yang ada setelah itu masukkan semua hasil tes ke rumus yang ada dan akan mendapatkan hasil kemampuan gerak umum anda. Tujuan untuk melakukan tes gerak umum adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan gerak umum yang anda miliki setelah di rata- ratakan.


Test Motor Ability untuk Sekolah Dasar
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar bagi siswa sekolah dasar yang mempunyai reabilitas sebesar 0,93 dan validitas sebesar 0,87. Reliabilitas diperoleh dengan cara tes ulang, sedangkan validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan tes tersebut dengan kriteria yang digunakan yaitu gabungan dari butir tes tersebut. Tes ini terdiri dari 4 butir tes yaitu:

a)     Tes shuttle run 4x 10 meter
Tujuan                  :     mengukur kelincahan dalam bergerak merubah arah
Alat                        :    stopwatch, lintasan yg lurus, dan datar dengan jarak 10 m antara garis start dan garis finish
Pelaksanaan           :    start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba ‘bersedia’ orang coba atau berdiri dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dengan garis start.



b)     Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter ke tembok
Tujuan                    :    mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan
Alat                        :    bola tenis, stopwatch dan tembok yang rata
Pelaksanaan           : subjek berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba-aba ‘ya’ subjek dengansegera melakukanlempar tangkap ke dinding selama 30 detik
Skor                       :    dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan selama 30 detik


c)     Tes stork stand positional balance
Tujuan                    :    mengukur keseimbangan tubuh
Alat                        :    stopwatch
Pelaksanaan           :    subjek berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua bertolak pinggang, kedua mata terpejam, lalu letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin
Skor                       :    dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula.

d)     Tes lari cepat 30 meter  
Tujuan                    :    mengukur kecepatan lari
Alat                        :    stopwatch, lintasan lurus, dan rata sejauh 30 meter, bendera
Pelaksanaan           :    start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba ‘bersedia’ subjek berdiri dengan salah satu ujung jari kakinya sedekat mungkin dengan garis start. Aba-aba ‘siap’ subjek siap untuk lari menuju garis finish dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finish.
Skor                       :    dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30 meter





























 


 

KEMAMPUAN MOTORIK

(MOTOR EDUCABILITY)


Motor educability adalah suatu istilah yang cukup popular di kalangan guru-guru olahraga, karena berkenaan langsung dengan pengungkapan cepat lambatnya seseorang menguasai suatu keterampilan baru secara cermat. Dengan kata lain, ”motor educability diartikan sebagai kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cepat dan cermat” (Cratty dalam Lutan, 2005:116). Konsep tersebut dapat dianalogikan dengan konsep psikologi, yakni intelegensi sehingga sering disebut dengan istilah motor intelegensi.
Motor educability berasal dari bahasa Inggris yang menurut uraian Pino dan Wittermans (dalam Syarifuddin, 1996:16), ”motor artinya bergerak, educatic artinya pengetahuan, dan ability artinya kemampuan.” Rangkaian kedua kata menimbulkan istilah motor educability yang memberikan pengertian kemampuan umum bagi seseorang dalam menguasai atau menerima gerakan baru.
Dengan susah payah seseorang mempelajari aktivitas-aktivitas yang baru dikenalnya.” Untuk itu, tes kemampuan motor educability merupakan tes intelegensi karena berfungsi dalam mengingat, berpikir, menganalisis, sekaligus memperagakan gerakan-gerakan yang dimaksud. Fleishman (dalam Syarifuddin,1996:172) mengatakan, ”kecakapan individu dalam mempelajari keterampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan oleh suatu keterampilan.”

Sekalipun motor educability merupakan kemampuan dasar, akan berkembang lebih baik apabila didukung oleh kondisi fisik yang baik melalui latihan atau berolahraga. Setiap keterampilan bersifat khusus, yaitu dengan (force) otot yang digunakan serta kekhususan sudut persendian (fleksibility).”
Pertumbuhan yang baik serta usia anak akan memengaruhi kemampuan bergerak, berpikir, dan belajar termasuk kecakapan dasar atau intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu sehingga dalam memperoleh kemampuan motor educability tidak harus melalui proses latihan sebagaimana kesegaran jasmani. Scanidt (dalam Lutan, 1988:76) mengatakan,”Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta medukung terbentuknya keterampilan.” Walaupun demikian, latihan (beroahraga) akan menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan secara totalitas, baik aspek fisik maupun psikis.
Kemampuan dasar atau intelegensi berperan dalam mengingat, berpikir, dan menganalisis serta merupakan faktor bawaan (heredity). Sehubungan dengan itu, yang menjadi faktor internal yang mendukung terbentuknya kemampuan motor educability sebagaimana yang dikemukakan oleh Lutan (1988:115);
Kemampuan intelegensi yan dipahami sebagai kemampuan dasar dan sangat ditentukan oleh faktor heredity kemudian ditunjang oleh faktor gisi sejak usia dalam kandungan hingga berusia tiga tahun. Tentang bagaimana perkembangan kecakapan dan phisikologis secara umum. Maka faktor lingkungan serta pengetahuan dan wawasan dari orang yang disekitarnya dan dari dalam orang itu sendiri akan sangat banyak mendukung. 


Seorang siswi akan memiliki kemampuan motor educability yang baik apabila aktif melakukan latihan (berolahraga). Dia mampu pula mempelajari secara cepat dan cermat serta kecakapan dasar yang memberi kontribusi kepada keterampilan motorik. Keterampilan motorik membutuhan komponen sebagaimana yang terdapat dalam komponen kesegaran jasmani, yaitu kecepatan, kekuatan otot, kelentukan, daya ledak, keseimbangan, kelincahan, kecepatan reaksi, dan koordinasi gerak.

Kemampuan motor educability siswi perlu diketahui oleh setiap guru pendidikan jasmani karena saat beraktivitas di lapangan, kondisi fisik dan psikologis akan berinteraksi sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan dan berisiko terjadi cidera. Sesuatu yang tidak diinginkan namun merupakan tanggung jawab guru pendidikan jasmani untuk menghindari dan meminimalis risiko yang akan terjadi.

Dengan mengetahui kemampuan motor educability siswi maka guru pendidikan jasmani akan melakukan penyesuaian kembali pengalaman belajar yang cocok bagi siswinya berdasarkan prinsip paedagogis, dan tujuan yang dicapai. Selain itu, guru pendidikan jasmani mempunyai pengetahuan tentang keadaan siswi sampai kepada isi pelajaran dan kelangsungan proses belajar itu sendiri. Hasil analisis yang dilakukan Lewis (dalam Lutan, 1988:393) mengatakan, ”Komunikasi terdiri dari proses, yaitu seseorang berusaha mengurangi sekecil mungkin faktor ketidakpastian atau ketidakjelasan yang terkandung dalam isi pesan.” Artinya, faktor persepsi, kecermatan dari pihak penyampai (guru) dan penerima pesan (siswi) serta interaksi timbal balik merupakan unsur yang penting dalam komunikasi. Kedua belah pihak harus mampu dan bersedia menangkap buah pikiran masing-masing. Kondisi seperti ini harus dipahami dan diterima sebagai bahagian proses belajar dan mengajar.

Apabila motor educability seseorang baik, ada kemungkinan akan cepat menguasai gerakan dengan baik, sekaligus memberikan gambaran tentang kemampuan intelegensi siswi itu sendiri. Rani (dalam syarifuddin, 1993;21) mengatakan”Keterampilan gerak adalah kemampuan yang efesien dalam melakukan suatu tugas.” Pengalaman dalam belajar (olahraga) akan memengaruhi pula keterampilan gerak.

Ketika seorang siswi memperhatikan contoh suatu gerakan, kemudian melakukannya sendiri akan memberikan kontribusi, yaitu persepsi kinestesis yang membutuhkan konsentrasi untuk merasakan suatu gerakan. Kemampuan berketerampilan motorik seperti motor educability oleh siswi di sekolah bukanlah bertujuan untuk mencapai suatu prestasi olahraga, melainkan aktivitas di lapangan berupa pendidikan jasmani. Selain itu, diarahkan untuk mengembangkan kapasitas setiap individu untuk digunakan dalam kegiatan apa saja yang dipilihnya, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Dengan demikian, perlu memperhatikan keterampilan karena merupakan faktor utama dalam suatu aktivitas gerak anak ditambah dengan skill yang baik.


a. Keterampilan(skill)

Istilah keterampilan itu sendiri memiliki beberapa pengertian yang telah dipakai dalam beberapa versi dalam literature tentang prilaku motorik. Yang lazim dipakai ialah keterampilan dipandang sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan lainnya sebagai sebuah indikator dari tingkat kemahiran. Jika suatu keterampilan dipandang sebagai aksi motorik atau pelaksanaan suatu tugas (task), keterampilan itu akan terdiri dari sejumlah respon motorik dan persepsi yang diperoleh melalui belajar. Keterampilan itu dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan sesuatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses, yakni seseorang mengembangkan seperangkat respons ke dalam suatu gerak yang terkoordinasi, terorganisir, dan terpadu. Setiap keterampilan motorik membutuhkan pengorganisasian gerakan otot baik dalam aspek tempat dan waktu. Pengorganisasian otot menurut tempatnya berarti terdapat sekelompok otot yang terpilih untuk melakukan suatu gerakan pengorganisasian otot menurut waktu. Dengan kata lain, otot-otot berkontraksi atau relaksasi harus terjadi pada waktu yang tepat dan serasi.
Sebagai indikator dari tingkat kemahiran, keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam menjalankan suatu tugas berkaitan dengan dengan pencapaian tujuan yang diharapkan, maka orang itu disebut makin terampil. Seorang pemain bola basket yang mampu memasukkan bola meskipun dijaga oleh 2-3 pemain lawan secara ketat disebut sebagai pemain terampil.

Secara operasional, definisi terampil biasanya dipergunakan untuk menyatakan respons nyata terhadap suatu stimulus yang terkontrol. Respons itu dicatat berdasarkan kesalahan, respons yang betul, frekuensi, atau cepat lambatnya reaksi. Istilah terampil juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu tugas. Seorang pemula yang baru mengenal bagimana cara bermain bulutangkis misalnya, akan memperlihatkan koordinasi gerak yang kaku, pukulannya sering keluar, atau tak dapat mengontrol bola yang masuk atau keluar dengan cermat. Pemain tersebut dapat digolongkan kurang terampil.

b. Kemampuan motorik

Kemampuan motorik dan keterampilan bukanlah sebagai konsep yang sama pengertiannya. Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Pengaruh faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan. Selain itu, keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar.


Keseimbangan, kecepatan reaksi, dan fleksibilitas adalah contoh-contoh dari kemampuan dasar yang penting untuk melaksanakan berbagai keterampilan dalam olahraga. Akhirnya, untuk kebutuhan analisis lebih lanjut, keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi kategori dalam suatu proses keterampilan. Sehubungan dengan hal tersebut, Harsuki,(2006:53) mengakatakan,”Keterampilan neuromuskuler atau matorik adalah keterampilan yang dapat dipelajari untuk suatu kenerja yang efesien, konsisten, dan aman.”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar